3 Seorang guru sains harus mengikuti perkembangan IPTEK, khususnya bidang study yang diajarkanya. 4. Seorang guru sains harus bisa membimbing siswa melakukan suatu kegiatan berupa pengamatan dan percobaan. 5. Seorang guru sains harus menyadari bahwa siswa tidak akan di didik menjadi seorang spesialis matematika, fisika ataupun biologi. 6. - Ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK merupakan hasil pemikiran manusia yang logis ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan hasil nyata berupa teknologi. Berdasarkan catatan Tim CIPG dalam Lanskap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia 2017iX, terungkap bahwa IPTEK sebenarnya diupayakan agar masalah yang sedang dihadapi manusia bisa dipecahkan dan diantisipasi. Bukan hanya itu, bahkan IPTEK juga ada untuk menyediakan teknologi yang berhasil dibuat berdasarkan penelitian, pengembangan, dan penerapan pemikiran. Menurut Puji Lestari dalam Antropologi Kelas 12 200653, diungkapkan bahwa perkembangan dan pertumbuhan IPTEK bisa ditarik jejaknya sejak awal munculnya manusia. Sejak dahulu, ternyata manusia telah memiliki pengetahuan terkait keadaan alam yang ada di sekelilingnya. Bahkan, mereka menciptakan beberapa teknologi yang bisa digunakan pada masanya sebagai jawaban atas permasalahan yang mereka terima ketika itu. Lantas, bagaimana sebenarnya periodisasi perkembangan IPTEK dari zaman ke zaman? Pertumbuhan IPTEK dari Masa ke Masa Manusia sejak awal mulai melakukan aktivitas dengan pemikiran yang mereka miliki. Secara tidak sadar mereka telah mengembangkan sesuatu yang bisa disebut sebagai teknologi. Bahkan, teknologi yang hanya disadari beberapa kalangan ini berlanjut hingga saat ini. Berikut penjelasan zaman perkembangan IPTEK. 1. Zaman Purba 4 Juta Tahun SilamPeriode ini disebut juga sebagai masa praaksara atau prasejarah. Ilmu saat itu berkembang dan dapat dilihat dari cara manusia purba yang mulai mampu mengamati, membedakan, memilih, mencoba, dan menyadari kesalahan. Kita sebut saja ketika itu manusia purba masih berkelana mencari makanan dan hidup berpindah tempat nomaden. Ketika mereka sudah menyadari bisa tinggal di suatu tempat dengan bercocok tanam, mereka punya pengetahuan baru. Bahkan, teknologi-teknologi yang menyokong mereka melakukan kegiatan tersebut pun lahir. Masa akhir ini dimulai ketika manusia dahulu sudah mengenal tulisan dan bisa berhitung. Ketika itu, mereka mulai mencatat bagaimana sistem kalender dan perbintangan dilakukan orang Mesir Kuno, Sumeria, dan Babilonia. 2. Zaman Yunani 600-200 SMFase ini ditandai dengan kemajuan berpikir manusia, Yunani disebut sebagai pusatnya ketika itu. Manusia yang sebelumnya tidak menyadari perihal eksistensi segala yang ada di dunia mulai berpikir kritis. Hal-hal tabu yang tidak bisa dijelaskan sebelumnya pun akhirnya terungkap. Tokoh-tokoh terkenal dari Yunani ini bernama Pythagoras teori pitagoras, Socrates metode berpikir kritis dan ilmu etika, Plato teori di balik alam ada sebuah ide, Aristoteles Logika, Biologi, dan Metafisika, Archimedes hukum alam, Ptolomeus penyusun peta bumi, dan lain-lain. 3. Zaman Pertengahan 31 SM-628 MIPTEK yang sudah berkembang sebelumnya akhirnya menurun pada awal abad pertengahan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya agama Kristen di Eropa yang mengatur segala hukum dengan embel aturan Tuhan. Oleh karena itu, Gereja tidak mengizinkan masyarakat untuk berpikir kritis ketika itu. Sedangkan di Timur, Islam yang berkembang malah memberikan kemajuan yang begitu pesat pada IPTEK. Mereka yang mengembangkan IPTEK ketika itu antara lain Al Khawarizmi teori Al Jabar, Omar Khayyam ahli sastra dan matematikawan. Selain itu, ada Al Razi, Ibnu Sina, dan Abu Qasim yang berfokus pada bidang kedokteran. Terakhir, terdapat Ibnu Rusyd yang menerjemahkan buku hasil karya Aristoteles di zaman IPTEK sebelumnya. 4. Zaman Modern 658 M-SekarangKendati zaman kegelapan pernah terjadi di Eropa, perkembangan IPTEK di sana akhirnya meningkat kembali berkat Renaissance zaman pencerahan. Pengetahuan pun berkembang pesat kembali, mulai dari Leonardo Pisa yang meneruskan penelitian mengenai ilmu aljabar hingga pengembangan pengetahuan akan tata surya Copernicus, Galileo, dan Kepler. Di zaman pencerahan ini, ternyata pengetahuan dan teknologi benar-benar melesat karena memprioritaskan kemampuan akal. Mereka yang sebelumnya terbatas pikirannya karena dogma agama pada zaman ini mulai lepas dan berpikir sekreatif serta selogis mungkin. Zaman sekarang atau modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi rupanya sudah tumbuh sangat jauh dari manusia-manusia dahulu. Saat ini, kita dapat melihat perkembangan sebelumnya mempengaruhi teknologi saat ini. Contohnya, kini sudah ada teknologi informasi dan komunikasi yang lebih memudahkan manusia dalam berinteraksi. - Pendidikan Kontributor Yuda PrinadaPenulis Yuda PrinadaEditor Ibnu Azis A Jelaskan Pengertian IPTEK ! Pengertian IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yaitu suatu sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang dibidang teknologi. Dapat juga dikatakan, definisi IPTEK ialah merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu penemuan terbaru yang
Siapa yang suka banget liat bintang di langit? Kalau kita melihatnya dari rumah, sih, rasanya bintang kecil banget, ya. Cuma berbentuk setitik cahaya yang bersinar di langit malam aja. Padahal kalau kita menonton film bertemakan galaksi kayak Guardians of the Galaxy 2014, kita bisa melihat benda langit yang ada di luar angkasa tuh ukurannya nggak sekecil yang kita lihat dari bumi. Tapi elo tahu nggak, sih, kalau elo bisa melihat bintang di angkasa dengan lebih dekat? Ini maksudnya elo nggak perlu langsung terbang pake roket buat nyamperin bintangnya lho, ya! Gimana tuh caranya? Elo bisa menggunakan alat yang namanya teleskop. Yes, semenjak kehadiran teleskop yang ditemukan ratusan tahun yang lalu, orang-orang bisa melihat bintang dengan lebih jelas. Bahkan, nggak cuma bintang! Tapi elo juga bisa melihat planet-planet yang mengelilingi matahari di tata surya kita. Wah, kedengarannya seru banget nggak, sih? Supaya semakin seru lagi, gue mau ngajak elo buat mengenal teleskop mulai dari teleskop pertama di dunia, munculnya teleskop Hubble milik NASA, fungsi dan cara kerja teleskop, hingga dampak dari penemuan teleskop di perkembangan kehidupan kita sekarang. Biar nggak penasaran lagi, langsung aja baca artikelnya sampai habis, ya! Mengenal TeleskopBagian-Bagian TeleskopTeleskop Pertama di Dunia dan PenemunyaHadirnya Teleskop Hubble Milik NASAFungsi TeleskopCara Kerja TeleskopDampak Penemuan Teleskop dalam Kehidupan Kayaknya kita semua udah familiar ya sama yang namanya teleskop. Ada juga yang menyebutnya sebagai teropong bintang, karena memang digunakan buat melihat bintang-bintang yang ada di langit. Tapi, kalau dari pengertiannya sendiri, sebenarnya teleskop itu apa, sih? Melansir Britannica Encyclopedia, pengertian teleskop adalah sebuah alat atau perangkat yang digunakan untuk memperlihatkan gambar yang diperbesar dari objek dengan jarak yang sangat jauh. Teleskop juga menjadi alat investigasi yang paling penting nih dalam dunia astronomi. Ilustrasi Teleskop dok. Pixabay Bukan cuma digunakan untuk sekadar melihat’ aja, teleskop juga menyediakan sarana buat mengumpulkan dan menganalisis radiasi dari benda-benda langit, atau bahkan benda yang jaraknya lebih jauh lagi. Baca Juga Sistem Tata Surya dan Sistem Bintang Lainnya Bagian-Bagian Teleskop Setelah kenalan sama teleskop, sekarang saatnya kita membedah bagian-bagian dari si teleskop, nih. Sebenarnya, bagian-bagian teleskop ini berbeda tergantung dari jenisnya. Kalau elo mau tahu cara membuat teleskop sederhana, elo bakal membutuhkan bagian-bagian ini, lho. Apa aja, sih? Inilah bagian-bagian utama yang pasti selalu ada di semua jenis teleskop, yaitu Lensa Primer pada Teleskop Pembias Komponen utama yang wajib ada di teleskop yaitu lensa primer. Lensa ini biasanya digunakan untuk teleskop pembias. Ketika kita ngomongin teleskop pembias, maka cahaya yang masuk ke perangkat/teleskop bakal dibiaskan oleh si lensa. Semakin besar lensa primer yang digunakan, maka akan semakin banyak cahaya yang dapat dikumpulkan oleh teleskop. Dengan banyaknya cahaya yang bisa dikumpulkan, tentu akan lebih banyak juga objek yang bisa dilihat. Ilustrasi teleskop pembias dan teleskop pemantul. dok. Wikimedia Commons Cermin Primer pada Teleskop Pemantul Bagian teleskop yang kedua yaitu cermin primer yang digunakan untuk teleskop pemantul. Cermin primer ini memiliki peran yang sama sebagai lensa utama pada teropong pembias, yaitu sama-sama bertugas untuk mengumpulkan cahaya yang bisa membentuk sebuah objek. Tapi, pada teleskop pemantul, cahaya yang masuk bakal terkumpul ke dalam cermin cekung, yang kemudian dipantulkan ke mata lewat cermin datar melalui lensa okuler sampai bentuknya bisa dilihat oleh mata. Lensa Mata Berbeda dengan lensa primer, lensa mata ini merupakan bagian yang bertugas untuk memperbesar gambar. Karena adanya lensa mata, maka gambar yang ditangkap bisa terlihat dengan lebih jelas lagi. Mount Yang terakhir yaitu mount. Ini merupakan bagian teleskop yang penting banget, karena tanpa adanya mount, teleskop bakal sulit buat diam di tempat ataupun digerakkan. Jadi, kebayang nggak mount ini tugasnya untuk apa? Yup, bener banget! Mount merupakan bagian teleskop yang berfungsi buat menopang tabung dan membuatnya gampang buat diputar atau digerakkan ke kanan, kiri, atas, dan bawah. Selain itu, mount juga menjaga teleskop supaya diam di tempatnya. Baca Juga Rumus Teropong, Jenis & Cara Kerjanya Teleskop Pertama di Dunia dan Penemunya Gimana nih rasanya setelah tahu bagian-bagian teleskop? Jadi semakin penasaran nggak, sih, sama cerita bagaimana teleskop pertama kali ditemukan dan siapa penemunya?! Tenang … gue bakal ceritain ke elo, nih. Buat membahas teleskop pertama di dunia, kita harus mundur sekitar 400 tahun ke belakang, tepatnya ke tahun 1608. Menurut sejarahnya, dilansir dari orang pertama yang mengajukan ide untuk teleskop adalah Hans Lippershey yang kadang juga dilafalkan sebagai Lipperhey, seorang pembuat kacamata asal Belanda. Lippershey mengklaim perangkat yang bisa memperbesar objek tiga kali pada tahun 1608. Portrait Hans Lippershey Lipperhey penemu teleskop pertama di dunia. dok. Wikimedia Commons Teleskop milik Lippershey memiliki lensa okuler cekung yang sejajar dengan lensa objektif cembung. Lalu, gimana bisa Lippershey kepikiran buat membuat teleskop pada saat itu? Ada dua cerita yang berbeda tentang ini. Cerita pertama, Lippershey mendapatkan idenya setelah mengamati ada dua anak di tokonya sedang memegang dua lensa yang berbeda. Kemudian, lensa tersebut membuat baling-baling cuaca yang jauh menjadi tampak lebih dekat. Lalu, cerita yang lain mengatakan kalau Lippershey nggak mendapatkan idenya sendiri melainkan mencuri ide dan desain dari pembuat kacamata lain bernama Zacharias Janssen. Kebetulan Janssen dan Lippershey tinggal di kota yang sama, keduanya juga sama-sama bekerja di bidang optik kacamata. Tapi, karena nggak ada bukti kuat yang mengatakan kalau Lippershey mencuri ide orang lain buat mengembangkan teleskopnya. Karena itu, Lippershey yang kemudian mendapatkan gelar penemu teleskop, sedangkan Janssen diberikan gelar sebagai penemu mikroskop majemuk. Baca Juga Galileo Galilei, Bapak Ilmu Pengetahuan Modern yang Ditahan Gereja Katolik Roma Hadirnya Teleskop Hubble Milik NASA Setelah teleskop pertama ditemukan, kemudian hadirlah beberapa teleskop-teleskop lainnya. Salah satunya seperti teleskop Hubble milik National Aeronautics and Space Administration atau yang biasa kita kenal dengan sebutan NASA. Tapi, sebelum masuk ke teleskop Hubble, gue mau mengajak elo menelusuri sejarah teleskop sedikit semenjak teleskop pertama tahun 1608, ya. Satu tahun setelah teleskop pertama dibuat, Galileo Galilei yang mendengar kabar tersebut mulai mengembangkan teleskopnya sendiri pada tahun 1609. Ini menarik banget, lho! Karena si Galilei tuh nggak pernah melihat rancangan teleskop milik Lippershey selama mengembangkan teleskop buatannya. Ilustrasi Galileo Galilei dan teleskop-nya di Piazza San Marco, Italia. dok. Wikimedia Commons Apa sih yang membedakan teleskop milik Lippershey dan Galilei? Kalau sebelumnya teleskop Lippershey mampu memperbesar objek tiga kali, teleskop Galilei bisa memperbesar objek 20 kali! Wah, keren banget, kan? Ada fakta menarik juga tentang si Galilei ini. Sekarang kan kita tahu kalau teleskop bisa membantu kita melihat benda-benda di luar angkasa, ternyata … Galileilah yang menjadi orang pertama yang mengarahkan teleskop ke angkasa buat melihat objek-objek di langit pada tahun 1610. Dengan teleskopnya, dia mampu melihat gunung dan kawah di bulan, pita cahaya yang melengkung di langit, bintik-bintik di matahari, hingga cincin di planet Saturnus. Namun, ia menemukan kesulitan untuk melihat dengan jelas cincin Saturnus. Kesulitan ini kemudian mendorong adanya kemajuan bidang optik dalam meningkatkan pandangan para ilmuwan tentang planet, bintang, dan galaksi. Tapi sayang, atmosfer bumi menghalangi sebagian besar cahaya yang ditangkap teleskop. Buat mengatasi gangguan ini, para ilmuwan menempatkan teleskop yang lebih besar di atas pegunungan, karena tempat yang lebih tinggi memiliki atmosfer yang lebih tipis di sehingga memungkinkan teleskop menangkap gambar yang lebih jelas. Pengembangan teleskop berlanjut, nih. Tahun 1946, setelah Perang Dunia II usai, seorang astronom bernama Lyman Spitzer memberikan usul buat meluncurkan teleskop ruang angkasa. Tujuannya supaya bisa mengatasi keterbatasan observatorium berbasis darat. Tapi gagasan tersebut nggak langsung disetujui, lho. Butuh sekitar beberapa dekade untuk akhirnya gagasan ini dievaluasi. Selanjutnya, National Academy of Sciences mengajukan proposal ke NASA, sebagai satu-satunya lembaga yang mampu membuat teleskop luar angkasa menjadi nyata pada saat itu. Bisa dibilang, NASA sudah punya ide untuk membuat teleskop luar angkasa, tapi ide tersebut belum benar-benar final. Akhirnya pada tahun 1971, George Low, pejabat administrator NASA pada saat itu, memberikan lampu hijau pada Large Space Telescope Science Steering Group untuk membuat teleskop luar angkasa yang dinamakan Large Space Telescope. Pembuatannya tentu nggak mudah dan nggak murah. Jadi, NASA mengalami penolakan dana di tahun 1975. Satu penolakan nggak bisa membuat mereka menyerah! NASA terus berusaha hingga mendapatkan persetujuan dari European Space Agency Badan Antariksa Eropa buat menanggung biayanya bareng-bareng. Setelah itu, Kongres Amerika Serikat akhirnya memberikan dana kepada NASA untuk pembuatan Large Space Telescope pada tahun 1977. Teleskop Hubble NASA ketika hendak diluncurkan tahun 1990. dok. NASA Dana udah didapatkan, ide udah oke, sekarang saatnya pembangunan dimulai. Pada awalnya, NASA berencana untuk meluncurkan teleskopnya pada tahun 1983. Tapi ternyata mereka menghadapi beberapa kali penundaan produksi yang bikin waktu peluncurannya ngaret sampai tahun 1986. Large Space Telescope atau Teleskop Luar Angkasa Besar kemudian diganti namanya menjadi Hubble. Ini dilakukan untuk menghormati Edwin Hubble, seorang astronom Amerika yang menetapkan alam semesta itu luas banget, bahkan sampai melampaui batas-batas galaksi kita yaitu galaksi Bima Sakti. Dengan begitu, lahirlah Teleskop Hubble milik NASA. Rencana peluncuran Hubble udah hampir sesuai sama estimasi waktu yang ditentukan, nih, tapi sayang … pada tanggal 28 Januari 1986, pesawat ulang alik Challenger meledak satu menit setelah lepas landas. Kecelakaan tersebut menewaskan tujuh astronot di dalamnya. Butuh sekitar 2,5 tahun sebelum NASA merencanakan peluncuran Hubble lagi. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Pada 24 April 1990, Teleskop Hubble akhirnya diluncurkan di atas pesawat ulang alik Discovery dan diluncurkan ke orbit Bumi yang rendah, sekitar 340 mil 545 kilometer di atas planet kita. Teleskop Hubble milik NASA di orbitnya. dok. NASA Pengembangan dan peluncuran Hubble diperkirakan menghabiskan biaya 1,5 miliar USD, atau sekitar Rp21 triliun, lho! Ini pun bukan biaya final, ya. Karena akan ada biaya tambahan berkelanjutan baik yang terduga maupun yang nggak terduga. Baca Juga Galaksi Kita Bima Sakti Nggak Sendiri, Ini Bukti Menurut Edwin Hubble Fungsi Teleskop Melihat biaya pengembangan dan peluncuran Teleskop Hubble yang sangat besar itu, penasaran nggak sih memangnya apa fungsi teleskop ini? Teleskop punya tiga fungsi dasar, nih, yaitu light gathering mengumpulkan cahaya, resolving menyelesaikan, dan magnifying memperbesar. Seperti apa maksudnya? Tenang, gue bakal coba jelasin satu-satu supaya elo semakin kebayang, ya. Light Gathering Mengumpulkan Cahaya Fungsi pertama yaitu buat mengumpulkan cahaya. Ini kayaknya fungsi yang paling penting juga, karena kalau sebuah teleskop nggak bisa mengumpulkan cahaya, gimana mata bisa melihat bentuk benda yang ingin dilihat lewat teleskopnya? Nah maka dari itu, yang dimaksud mengumpulkan cahaya ini yaitu seberapa banyak cahaya yang bisa dikumpulkan oleh lensa objektif cermin utama dalam reflektor dan lensa dalam refraktor dari objek benda yang jaraknya sangat jauh. Semakin besar lensa objektif yang dimiliki teleskop, maka akan semakin banyak pula cahaya yang bisa dikumpulkan. Dengan begitu, bentuk gambar juga akan terlihat lebih jelas lagi. Contohnya tuh gini, misal ada teleskop 1 dengan lensa objektif berdiameter 2 inci dan teleskop 2 dengan lensa objektif berdiameter 4 inci. Kedua teleskop ini sama-sama menggunakan lensa okuler yang bisa memberikan pembesaran sampai 100 kali. Kira-kira, teleskop mana yang akan memberikan gambar yang lebih jelas? Jawabannya tentu aja teleskop 2 dengan lensa objektif berdiameter 4 inci. Karena teleskop tersebut bisa mengumpulkan cahaya lebih banyak, sehingga kualitas bentuk objek terlihat lebih smooth atau nggak se-buram yang pertama. Resolving Menyelesaikan Fungsi teleskop yang kedua yaitu resolving atau menyelesaikan. Maksudnya apa, ya? Jadi, setelah cahaya berhasil dikumpulkan oleh lensa objektif, teleskop kemudian bakal mulai membentuk detail dari objek yang ingin dilihat tersebut. Simpelnya, resolving bermaksud untuk menyelesaikan bentuk objek melalui cahaya yang udah dikumpulkan. Ini juga yang bikin elo bisa melihat bentuk benda langit sesuai sama bentuk aslinya. Magnifying Memperbesar Fungsi yang ketiga yaitu untuk memperbesar objek/benda. Fungsi yang ini sifatnya tuh wajib. Karena memang teleskop diciptakan buat bisa melihat objek yang jaraknya jauh, makanya teleskop punya fungsi untuk memperbesar objek tersebut. Terus gimana caranya teleskop mengumpulkan cahaya sampai akhirnya bisa membentuk objek yang bisa kita lihat? Ini bakal gue bahas di cara kerja teleskop di bawah ini! Baca Juga Perjalanan Stephen Hawking Mengungkap Misteri Lubang Hitam Cara Kerja Teleskop Setelah kita tahu fungsi teleskop, sekarang saatnya kita bahas gimana, sih, cara kerja teleskop itu? Kalau yang gue tahu, caranya ya kita tinggal mengedipkan satu mata, kemudian mengarahkan teleskopnya ke langit, terus kelihatan benda langit yang mau kita lihat, deh! Tapi, memangnya sesimpel itu? Tentu aja nggak. Dilansir dari NASA, cara kerja teleskop yaitu dengan memfokuskan cahaya menggunakan potongan-potongan kaca bening yang melengkung, yang kita sebut lensa. Namun, kebanyakan teleskop saat ini menggunakan cermin lengkung untuk mengumpulkan cahaya dari langit malam. Cermin atau lensa dalam teleskop yang kemudian bertugas untuk memusatkan cahaya. Nah, cahaya itulah yang kita lihat pas kita lagi memandang benda langit menggunakan teleskop. Sekarang coba kita break down cara kerjanya pelan-pelan, ya. Pertama, teleskop yang dibuat dengan lensa disebut teleskop pembias. Lensa dalam teleskop bias ini sama dengan lensa yang ada di kacamata, yaitu sama-sama bisa membelokkan cahaya yang melewatinya. Tapi, ada bedanya nih lensa di teleskop sama di kacamata. Kalau di kacamata, lensa membantu bikin objek yang elo lihat supaya nggak kelihatan buram lagi. Kalau di teleskop, lensa ini yang bikin elo bisa melihat objek yang jauh dengan lebih dekat. Cara kerja teleskop pembias yang menggunakan lensa untuk membuat gambar lebih besar dan lebih terlihat. dok. NASA Seseorang dengan penglihatan yang buruk atau orang yang minus-nya gede, dia bakal butuh lensa yang tebal di kacamata mereka. Kayak gue, nih, mata gue minus lima dan kacamata gue sekarang udah terasa tebal banget dibandingkan dulu pas gue cuma minus dua. Ini juga berlaku di teleskop. Semakin besar dan semakin tebal lensa yang digunakan, maka akan semakin jauh juga jarak pandang yang bisa ditangkap teleskop. Jadi, elo bisa melihat benda langit yang jaraknya lebih jauh lagi dari Bumi. Tapi, sayangnya lensa yang tebal itu punya bobot yang berat. Lensa berat ini susah dibuat dan juga susah dipegang. Selain itu, karena lensanya semakin tebal, kaca juga akan menghentikan lebih banyak cahaya yang melewatinya. Nah, karena cahaya bisa masuk ke teleskop dengan melewati lensa, maka permukaan lensa harus sehalus mungkin, lho. Setiap cacat yang ada pada lensa akan mengubah bentuk gambar akhirnya yang sampai ke mata. Contohnya seperti melihat jalan dengan keadaan jendela yang kotor, maka objek di luar jendela nggak akan bisa elo lihat secara sempurna. Sekarang masuk ke teleskop yang menggunakan cermin, yaitu teleskop pemantul. Nggak seperti lensa yang semakin tebal semakin jelas, teleskop pemantul bisa mendapatkan hasil yang bagus walaupun menggunakan cermin yang tipis banget. Karena cara kerja teleskop pemantul yaitu cahaya terkonsentrasi dengan memantul dari cermin, jadi cermin nggak perlu dibuat tebal, hanya perlu dibuat dengan bentuk lengkung yang tepat. Ini juga alasan mengapa lebih banyak teleskop yang menggunakan cermin saat ini, karena cara membuatnya juga nggak begitu sulit. Apalagi cermin juga lebih mudah dibersihkan dan dipoles daripada lensa. Cara kerja teleskop pemantul yang menggunakan cermin untuk membantu melihat objek yang jauh. dok. NASA Tapi, cara kerja teleskop pemantul yang menggunakan cermin ini sebenarnya membalik gambar. Kalau elo pernah coba berkaca di sendok, elo pasti melihat bayangan diri elo terbalik, kan? Nah, itu juga yang terjadi sama cermin di teleskop pemantul. Untungnya teknologi udah semakin canggih. Berkat penemuan ilmuwan-ilmuwan hebat, masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan cermin lain untuk membalik gambar menjadi normal. Jadilah kita bisa melihat benda-benda luar angkasa yang jauh dengan mudah dan jelas hari ini. Eh, ngomong-ngomong, elo tahu nggak sih kalau kita juga bisa menikmati pemandangan luar angkasa dengan teleskop yang ada di Indonesia? Yup, Indonesia punya observatorium dan planetarium yang bisa elo kunjungi kalau tertarik dengan dunia astronomi. Salah satunya yaitu Observatorium Bosscha yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Foto dari udara Gedung Teleskop Zeiss. dok. Observatorium ini udah ada sejak tahun 1923 dan merupakan observatorium astronomi modern pertama di Asia Tenggara, lho! Di sini, elo bisa menemukan teleskop berdiameter 60 cm yang beroperasi sejak tahun 1925, yaitu sejak zaman Belanda. Selain itu, ada juga Observatorium Taman Ismail Marzuki TIM yang berlokasi di Jakarta. Berdiri sejak tahun 1964, observatorium ini merupakan hasil dari gagasan milik presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Hingga hari ini, Observatorium TIM masih aktif sebagai planetarium atau wisata edukasi di bidang astronomi. Menariknya, pada tahun 2019 kemarin, ada ribuan warga Jakarta yang datang ke Planetarium TIM buat melihat proses terjadinya gerhana matahari yang melintasi 26 kota di Indonesia. Mereka menyiapkan 10 teleskop dan sekitar kacamata khusus buat para pengunjung supaya bisa melihat gerhana matahari cincin dengan aman. Seru banget, kan? Teleskop yang sering kita temukan untuk melihat benda-benda langit bisa juga disebut sebagai teleskop bintang atau teropong bintang. Nah, teleskop bintang ini masuk menjadi bagian dari alat optik dalam ilmu fisika. Elo bisa cari tahu lebih dalam mengenai teropong bintang lewat video materi belajar di bawah ini, ya! Baca Juga Manfaat Sinar Matahari Bagi Kehidupan di Bumi Dampak Penemuan Teleskop dalam Kehidupan Ternyata penemuan teleskop ini berdampak juga ya buat kehidupan. Contohnya kayak yang udah gue mention di atas, waktu warga Jakarta berbondong-bondong datang ke planetarium buat ngeliat proses terjadinya gerhana matahari. Tapi, gue yakin dampak penemuan teleskop lebih besar lagi. Terutama dalam bidang astronomi dan ilmu pengetahuan! Melansir NASA, penemuan teleskop telah membuka mata kita terhadap alam semesta. Karena dengan kehadiran teleskop, para ilmuwan menemukan fakta bahwa Bumi bukanlah pusat dari alam semesta, seperti yang diyakini sebelumnya. Terus, penemuan teleskop juga memberikan pengetahuan kalau ada gunung dan kawah di Bulan. Bisa dibilang, teleskop merupakan kunci yang membuka ilmu mengenai geografi dan cuaca di planet-planet yang ada di sistem tata surya kita. Kalau ada planet dan asteroid baru, itu juga ditemukannya dengan teleskop, lho! Oh iya, nggak cuma bisa menemukan planet dan asteroid aja, teleskop juga membantu membuat pengukuran valid pertama dari kecepatan cahaya. Terus, teleskop memberikan kita kesempatan untuk bisa memahami gravitasi dan hukum fundamental lainnya, serta membantu kita memahami cahaya yang memancar dari matahari dan bintang-bintang lainnya. *** Wah, ternyata banyak banget, ya, dampak penemuan teleskop terhadap perkembangan IPTEK di bidang astronomi. Kalau menurut gue, dampak yang paling gue rasakan setelah adanya penemuan teleskop yaitu fakta bahwa alam semesta kita itu luas banget, sesuai sama penemuan dari teleskop milik Galileo. Kalau dilihat dari kehidupan sehari-hari, dampak penemuan teleskop membantu kita buat lebih mengenal alam semesta dan galaksi tempat Bumi kita berada sekarang. Ilmu astronomi pun menjadi sesuatu yang selalu menarik buat dikulik. Sampai-sampai, elo bisa nemuin ratusan film bertemakan galaksi seperti Star Wars Episode IV – A New Hope 1977, Star Trek 2009, Guardians of the Galaxy 2014, atau bahkan Dune 2021. Nah, kalau dari pandangan Sobat Zenius sendiri, apa sih dampak penemuan teleskop yang paling berpengaruh versi elo? Coba bagikan opini elo di kolom komentar, yuk!
\n\n \n \napa dampak penemuan teleskop terhadap perkembangan iptek di bidang astronomi
Alatalat optik Alat-alat yang prinsip kerjanya berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. Misalnya lup, mikroskop. Modul.FIS.19_Optik ix f BAB I. PENDAHULUAN A. Deskripsi Dalam modul ini anda akan mempelajari tentang optik. Materi optik disini lebih menekankan pada konsep cahaya, pemantulan dan pembiasan cahaya. C Dampak Dari Aktifitas Tata Surya Terhadap Kehidupan Di Bumi Salah satu dampak aktifitas tata surya terhadap kehidupan bumi adalah efek rumah kaca atau global warming. Efek rumah kaca pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) .
  • re373x3eyk.pages.dev/715
  • re373x3eyk.pages.dev/480
  • re373x3eyk.pages.dev/828
  • re373x3eyk.pages.dev/655
  • re373x3eyk.pages.dev/512
  • re373x3eyk.pages.dev/962
  • re373x3eyk.pages.dev/173
  • re373x3eyk.pages.dev/76
  • re373x3eyk.pages.dev/57
  • re373x3eyk.pages.dev/871
  • re373x3eyk.pages.dev/714
  • re373x3eyk.pages.dev/786
  • re373x3eyk.pages.dev/938
  • re373x3eyk.pages.dev/674
  • re373x3eyk.pages.dev/720
  • apa dampak penemuan teleskop terhadap perkembangan iptek di bidang astronomi