Penulisandengan dialek Quraisy dalam mushaf Utsmani ini kemudian dikenal dengan istilah Rasm Utsmani. Salah satu syarat agar suatu ayat atau lafal dalam Qira'ah dapat disebut Al-Quran adalah ditulis sesuai dengan Rasm Utsmani ini, selain harus sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika Arab, dan juga harus diriwayatkan secara Mutawattir.
Dalam kajian ilmu rasm al-Qurโ€™an, pelajar mungkin akan terbawa pada sebuah kesimpulan di mana rasm merupakan model penulisan yang keluarโ€™ dari pakem penulisan umum. Kesimpulan sementara ini bisa jadi benar melihat fakta banyaknya model penulisan rasm yang benar-benar keluarโ€™ dari pakem penulisan umum bahasa Arab. Namun benarkah demikian? Mari kita runut dari awal sejarah penulisan. Aktifitas menulis telah mengambil bagian dari sejarah panjang perkembangan kebudayaan umat manusia. Dalam fase kebudayaan ini, ia menempati tahapan kedua setelah sebelumnya umat manusia menggunakan media lisan oral dalam proses interaksinya. Media lisan ini menghasilkan bunyi atau suara tertentu yang bisa jadi berbeda antara sekelompok manusia dengan kelompok yang lain. Suara yang dihasilkan ini lebih akrab kita sebut dengan istilah bahasaโ€™. Merasa menemukan keterbatasan dalam bahasa lisan, umat manusia kemudian berusaha menciptakan media baru yang kemudian disebut dengan menulisโ€™. Menulis secara nyata memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahasa lisan. Ia dapat mengabadikan aneka ragam hasil kebudayaan manusia jauh melewati batas waktu dengan tetap menjaga kualitas rekamnya. Sehingga sebuah komunitas manusia dapat lebih menjaga eksistensinya melalui menulis ini. Tulisan adalah produk dari aktifitas ini. Ia adalah kumpulan dari simbol-simbol bahasa. Ia berupaya melakukan transfer visualisasi suara yang tak kasat mata menjadi simbol yang terlihat jelas dengan mata. Maka dari itu, setiap simbol tulis yang dihasilkan sudah seharusnya mewakili suara bahasa yang ada, tidak boleh kurang atau lebih. Konsep kesesuaian ini lah yang kita akui sebagai acuan dasar dalam penulisan. Keberbedaan dalam Bahasa dan Tulisan Namun demikian, faktanya tidak semua bahasa lisan selalu mengalami kesesuaian dengan simbol tulisannya. Ghanim Qadduri al-Hamad dalam bukunya, Rasm al-Mushaf Dirasah Lughawiyyah Tarikhiyyah, menyebutkan adanya fenomena keberbedaan dalam bahasa dan tulisan. Menurutnya fenomena keberbedaan itu tidak keluar dari tiga macam, yaitu simbol tulisan yang tidak diimbangi dengan suara, simbol tulisan yang tidak sesuai dengan suara yang dihasilkan, dan suara yang tidak ditemukan padanannya dalam simbol tulisan. Fenomena keberbedaan ini, kata Ghanim, tidak hanya terjadi pada bahasa Arab saja. Kita dapat menemukan fenomena serupa dalam bahasa lain di berbagai belahan dunia, Inggris, misalnya. Bahasa yang menjadi lughat internasional ini kebetulan memiliki banyak kosa kata yang mewakili masing-masing fenomena keberbedaan yang ada. Kata write menjadi contoh fenomena pertama sekaligus kedua. Jika kita menyuarakan kata ini, simbol huruf w tidak akan kita jumpai dalam suara tersebut. Sebagaimana simbol huruf i memiliki kualitas suara yang berbeda ketika terbaca ai. Berdasar pada asas keberbedaan ini, Al-Farmawy juga menyangsikan konsep kesesuaian yang ada antara suara bahasa dengan simbol tulisan. Maka dalam pembagian sistem penulisan bahasa Arab menjadi tiga macam tulisan baca rasm imlaโ€™i, tulisan arudli, dan tulisan usmani boleh jadi tidak berdasar pada konsepsi ini. Antara Rasm Imlaโ€™i dan Usmani Sementara itu, dalam kajian penulisan bahasa Arab, usmani menjadi tersangkaโ€™ utama keluarnya penulisan dari pakem umum. Ia banyak menyimpan anomali-anomali. Sedangkan imlai dipandang sebagai rasm yang benar karena ia merupakan representasi penulisan umum suara bahasa Arab. Padahal tidak demikian. Dalam tulisan imlaโ€™i kita juga akan mendapat fenomena keberbedaan yang sama, sebagaimana terjadi dalam tulisan usmani. Penulisan kata lakinna ู„ูƒู† dan ulaโ€™ika ุฃูˆู„ุฆูƒ ternyata juga menyuratkan adanya fenomena keberbedaan bahasa dan penulisan. Dalam kata pertama simbol huruf lam sudah semestinya diikuti dengan simbol huruf alif untuk mengindikasikan adanya suara panjang, berkebalikan dengan simbol huruf waw yang semestinya hilang karena ia tidak mencerminkan suara bahasa apa pun dalam kata kedua. Maka dari sini, tidak benar jika dikatakan hanya rasm usmani yang keluar dari pakem kaidah penulisan. Selain karena ulasan sebelumnya, fakta bahwa rasm usmani memiliki banyak penulisan yang sesuai dengan suara bahasa memang tidak pernah disebutkan, karena hanya menitikberatkan pada aspek keberbedaannya saja. Mungkin hal ini yang mendasari klasifikasi tulisan rasm dalam bahasa Arab, kualitas dan kuantitas keberbedaan yang dimiliki oleh masing-masing tulisan. Wallahu aโ€™lam bisshawab. Editor M. Bukhari Muslim RasmUthmani ini juga dikenali sebagai Rasm Istilahi kerana dinisbahkan kepada para sahabat yang bertanggungjawab untuk menulis mashaf-mashaf dengan menggunakan rasm tersebut. Di samping itu, ia juga dinamakan sebagai Rasm Taufiqi kerana kebanyakan ulama berpendapat bahawa rasm tersebut merupakan kaedah yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w dan Kaidah Rasm Utsmani Khath Utsmani Rasmul Qur'anRasm bisa diartikan atsar bekas, khat tulisan atau metode penulisan. Rasm Utsmani atau disebut juga Rasmul Qurโ€™an adalah tata cara penulisan Al-Qurโ€™an yang ditetapkan pada masa khlalifah Utsman bin Affan. Istilah Rasmul Qurโ€™an diartikan sebagai pola penulisan al-Qurโ€™an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qurโ€™an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Menulis Kaligrafi Al-Qur'an Kaidah rasm utsmani ada 6 1. Hadzf ุงู„ู’ุญูŽุฐู’ู Hadzf artinya membuang. Nah dalam penulisan Al-Qurโ€™an ada beberapa huruf yang dibuang. Huruf yang dibuang diantaranya alif, wau, yaโ€™, lam dan nun. Contoh wau yang dibuang ุงูŽู„ู’ุบูŽุงูˆู†ูŽ ุงูŽู„ู’ุบูŽุงูˆููˆู’ู†ูŽ Contoh yaโ€™ yang dibuang ูˆูŽู„ููŠูŽ ุฏููŠู’ู†ู ุฏููŠู’ู†ููŠู’ Contoh lam yang dibuang ูˆูŽุงู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู Contoh nun yang dibuang ู„ูŽู…ู’ ู†ูŽูƒู ู†ูŽูƒูู†ู’ 2. Ziyadah ุงู„ุฒู‘ููŠูŽุงุฏูŽุฉ Ziyadah artinya menambah. Maksudnya dalam kaidah imlai huruf-huruf tersebut tidak ada, namun dalam penulisan di Al-Qurโ€™an dimunculkan walaupun tidak memengaruhi bacaan. Huruf yang ditambahkan diantaranya alif, wau, yaโ€™ dan Haโ€™. Contoh penambahan alif ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽุฃูŽุงุฐู’ุจูŽุญูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุฃูŽุฐู’ุจูŽุญูŽู†ู‘ูŽู‡ู Contoh penambahan wau ุณูŽุฃููˆุฑููŠู’ูƒูู…ู’ ุณูŽุฃูุฑููŠู’ูƒูู…ู’ Contoh penambahan yaโ€™ ุจูุฃูŽูŠู’ูŠุฏู ุจูุฃูŽูŠู’ุฏู Contoh penambahan Ha ู…ูŽุง ู‡ููŠูŽู‡ู’ ู‡ููŠูŽ 3. Badal ุงู„ุจูŽุฏู’ู„ Badal artinya mengganti. Adapun dalam rasm utsmani, badal adalah mengganti huruf dengan huruf yang lain. Mengganti alif dengan wau ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽูˆุฉู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูุŒ ูƒูŽู…ูุดู’ูƒูŽูˆุฉู ูƒูŽู…ูุดู’ูƒูŽุงุฉู Mengganti alif dengan yaโ€™ ุงู„ุถู‘ูุญูŽู‰ ุงู„ุถู‘ูุญูŽุงุŒ ูŠุฃูŽุณูŽููŽู‰ ูŠุฃูŽุณูŽููŽุง Mengganti taโ€™ marbuthah dengan taโ€™ maftuhah ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉูŽุŒ ุงู…ู’ุฑูŽุงูŽุชู ุงู…ู’ุฑูŽุงูŽุฉู Mengganti nun dengan alif ู„ูŽู†ูŽุณู’ููŽุนู‹ุง ู„ูŽู†ูŽุณู’ููŽุนูŽู†ู’ 4. Hamzah ุงู„ู’ู‡ูŽู…ู’ุฒูŽุฉ Hamzah ditulis dalam bentuk alif, yaโ€™, wau, atau seperti kepala ain. > Hamzah di awal kata ditulis dalam bentuk alif. Contoh ุฃูŽู†ู’ุนูŽู…ู’ุชูŽุŒ ุงูŽู„ู’ุงูŽู†ู’ู‡ูŽุงุฑูุŒ ุงูุจู’ู†ูŒ > Hamzah di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah dan huruf sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf sebelumnya adalah kasrah, dhammah, fathah dan sukun. Ditulis dalam bentuk alif apabila mengacu pada harakat fathah; ditulis dalam bentuk yaโ€™ apabila mengacu pada harakat kasrah; ditulis dalam bentuk wau apabila mengacu pada harakat dhammah. Contoh penulisan hamzah di tengah ุณูŽุฃูŽู„ูŽุŒ ุณูุฆูู„ูŽุŒ ุณูุคูŽุงู„ูŒ > Adapula hamzah yang ditulis mufradah atau seperti kepala ain apabila berada diakhir kata dan sebelumnya adalah huruf sukun. Contoh ู…ูู„ู’ุกูŒุŒ ู…ูŽุงุกูŒุŒ ุณููˆู’ุกูŒุŒ ุดูŽูŠู’ุกูŒ Tapi ada penulisan hamzah di Al-Qurโ€™an ada keluar dari ketentuan di atas diantaranya Al-Maโ€™arij 13 ูˆูŽููŽุตููŠู„ูŽุชูู‡ู ุงู„ู‘ูŽุชููŠ ุชูุฆู’ูˆููŠู’ู‡ู ุชูุคู’ูˆููŠู’ู‡ู Al-Isra 60 .... ูˆูŽู…ูŽุง ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ุงู„ุฑู‘ูุกู’ูŠูŽุง ุงู„ู‘ูŽุชููŠ ุฃูŽุฑูŽูŠู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ููุชู’ู†ูŽุฉู‹ ู„ู‘ูู„ู†ู‘ูŽุงุณู ... ุงู„ุฑู‘ูุคู’ูŠูŽุง Seharusnya pada Al-Maโ€™arij 13 dan Al-Isra 60 hamzahnya ditulis dengan bentuk wau. 5. Fashal dan Washal ุงู„ู’ููŽุตู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ูˆูŽุตู’ู„ Yang dimaksud fashal atau washal adalah pemisahan atau penggabungan dalam penulisan. Istilah lainnya adalah maqthuโ€™ dan maushul namun maksudnya sama. Dalam Al-Qurโ€™an, ada dua kata yang ditulis bersambung, namun kadang pula ditulis terpisah. Contoh ุฃูŽู†ู’ ู„ู‘ูŽุง โ€“ ุฃูŽู„ู‘ูŽุง ุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ โ€“ ุฅูู„ู‘ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽู†ู’ โ€“ ุฃูŽู„ู‘ูŽู†ู’ ุฅูู†ู’ ู…ู‘ูŽุง โ€“ ุฅูู…ู‘ูŽุง ุนูŽู†ู’ ู…ู‘ูŽุง โ€“ ุนูŽู…ู‘ูŽุง ู…ูู†ู’ ู…ู‘ูŽุง โ€“ ู…ูู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู…ู’ ู…ู‘ูŽู†ู’ โ€“ ุฃูŽู…ู‘ูŽู†ู’ ูƒูู„ู‘ ู…ูŽุง โ€“ ูƒูู„ู‘ู…ูŽุง ูููŠู’ ู…ูŽุง โ€“ ูููŠู’ู…ูŽุง ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู‡ูู…ู’ - ูŠูŽูˆู’ู…ูŽู‡ูู…ู’ 6. Kata yang terdapat dua qiraat dan ditulis salah satunya. Apabila ada kata yang dibaca berbeda oleh para ahli qiraat, maka penulisannya hanya satu saja diambil dari yang paling banyak menggunakan. Contoh ู…ูŽู„ููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ู Kata ู…ูŽู„ููƒู pada mimnya tidak terdapat alif walaupun dibaca panjang dalam riwayat Imam Hafsh karena kebanyak qiraat membacanya dengan pendek. ุงู‡ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุตู‘ูุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ู’ู…ูุณุชูŽู‚ููŠู…ูŽ Kata ุงู„ุตู‘ูุฑูŽุงุทูŽ ditulis dengan shad walaupun dalam qiraat lain ada yang membacanya dengan sin. ... ูˆูŽุงู„ู„ู‘ู‡ู ูŠูŽู‚ู’ุจูุถู ูˆูŽูŠูŽุจู’ุตูุทู ูˆูŽุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุชูุฑู’ุฌูŽุนููˆู†ูŽ Pada Al-Baqarah 235, kata ูŠูŽุจู’ุตูุทู ditulis dengan shad walaupun dalam riwayat Imam Hafsh dibaca dengan sin. Hal ini karena kebanyakan qiraat membacanya dengan shad. Artikel keren lainnya Makaia (rasm 'Utsmani) adalah rasm istilahi yang umat ini saling mewarisinya semenjak zaman 'Utsman radhiyallahu 'anhu. Dan menjaganya (memeliharanya) adalah jaminan kuat untuk melindungi al-Qur'an dari pengubahan dan penggantian hurufnya. Jika dibolehkan penulisan mushaf dengan rasm istilahi al-Imla'i pada setiap zamannya, maka hal
Rasm yang terletak dalam Mushaf Utsmani merupakan salah satu rahasia dalam penulisan mushaf Al-Qurโ€™an, terkait beberapa kalimat dalam Al-Qurโ€™an. Para sahabat menulis Mushaf Utsmani dengan model khusus yang berbeda dari kaidah penulisan imla, yang meliputi kaidah penghapusan hadzf, penambahan ziyadah, penulisan ha hamz, penggantian badal, penyambungan Washl, pemisahan Fasl. Masih tentang Rasm ini, ada baiknya Anda merujuk kembali artikel tentang hubungan rasm dengan Qiraat serta contohnya dalam mengenai Rasm Utsmani tidak akan pernah terlepas dari Mushaf Utsmani itu sendiri. Mushaf Utsmani ditulis pada era Utsman bin Affan sebagai kodifikasi Al-Qurโ€™an yang ketiga, melihat banyaknya umat Islam kala itu yang saling menyalahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya itu, sebagian orang bahkan mengkafirkan sebagian yang lain akibat perbedaan bacaan dan sedikitnya pengetahuan umat tentang bacaan Al-Qurโ€™an yang diturunkan dengan lahjah yang lain. Oleh karena itu, Utsman bin Affan meminta Zaid bin Tsabit untuk menuliskan kembali Al-Qurโ€™an dengan satu lahjah, yaitu lahjah Quraisy. Setelah proses pentashihan yang panjang hingga dibentuk tim kodifikasi Al-Qurโ€™an, mushaf yang dituliskan oleh Zaid disebar ke berbagai kota. Mushaf ini kemudian disebut sebagai mushaf Utsmani hingga sekarang karena penulisannya dilakukan pada era Utsman bin Affan atas Al-Qurโ€™an yang disebarkan menggunakan satu lahjah yang telah disepakati, penulisan yang digunakan pada tiap mushaf yang disebarkan pun menggunakan satu model Rasm, yang selanjutnya disebut dengan Rasm Mushaf Utsmani, agar umat Islam dapat membaca Al-Qurโ€™an melalui satu bentuk tulisan. Karena, perbedaan qiraat akan menyebabkan perbedaan rasm yang ditulis. Oleh karena itu, Utsman bin Affan mengirimkan imam kepada masing-masing kota untuk mengajarkan tentang cara pembacaan mushaf Utsmani dengan rasmnya. Untuk itulah, penulisan Al-Qurโ€™an pada masa setelahnya wajib mengikuti Rasm ini dilakukan melihat perbedaan tulisan dan rasm pada beberapa mushaf sebelum masa kodifikasi Utsman. Diantaranya penulisan ู„ุฆู† ุฃู†ุฌุงู†ุง dalam surah Al-Anโ€™am yang ditulis menggunakan alif pada mushaf Kufi, sedangkan pada mushaf lainnya menggunakan huruf ta setelah ya ุฃู†ุฌูŠุชู†ุง. Perbedaan yang lain ditemukan dalam ayat ูƒุงู†ูˆุง ุฃุดุฏู‡ู… ู…ู†ู‡ู… ู‚ูˆุฉ pada beberapa mushaf, sedangkan dalam mushaf Syami ditulis dengan menggunakan kaf ู…ู†ูƒู…. Dan beberapa kalimat lain seperti menghilangkan alif pada kaidah yang semestinya, mengganti ya dengan alif dan perbedaan pendapan mengenai rasm Utsmani, sebagian mengatakan itu merupakan bentuk ijtihat sahabat. Pendapat yang lain mengatakan bahwa pada masa Rasulullah SAW, Rasulullah SAW sendiri yang mendiktekan Zaid bin Rsabit dalam penulisan Al-Qurโ€™an melalui talqin dari Jibril alaihi salam. Seperti penulisan wakhsyaunii dalam surah Al-Maidah ditulis dengan huruf yaโ€™ sedangkan dalam surah Al-Maidah dengan menghapusnya ya pada dua tempat di dalamnya. Sedangkan dalam riwayat lain mengatakan bahwa penulisan rasm Utsmani sesuai talaqi dengan Rasulullah pada masa kodifikasi awal, bukan bentukan baru yang dibuat sahabat terkait hukumnya, tidak ada perbedaan pendapat antara para ulama Semuanya sepakat bahwa penulisan ayat A-Qurโ€™an wajib mengikuti rasm mushaf Utsmani, khususnya bagi mereka yang awan terhadap qiraat yang berbeda dalam Al-Qurโ€™an. Dalam hal ini, Baihaqi mengatakan bahwa siapa saja yang ingin menulis mushaf, maka ia harus mengikuti penulisan yang tertulis di dalamnya, dalam hal ini berarti rasm mushaf Utsmani. Sedangkan untuk anak kecil yang sedang belajar Al-Qurโ€™an, sebagian ulama memperbolehkan untuk tidak mengikuti rasm Utsmani agar mempermudah dalam Thahir menuliskan dalam bukunya Tarikhul Qurโ€™an wa Gharaib Rasmihi tentang tiga kelebihan dalam pemakaian rasm Utsmani. Pertama, membantu umat khususnya era modern dalam tata cara penulisan mushaf. Kedua, menghindari keraguaan dalam penulisan dalam lahjah yang berbeda seperti yang dituliskan sebelumnya. Ketiga, untuk mengetahui makna yang harus dipotong atau disambung dalam beberapa kalimat Al-Qurโ€™ satu bentuk rasm utsmani dapat dilihat dari penulisan basmalah yang menghilangkan 3 alif di dalamnya. Pertama, alif dalam penulisan ุจุณู… kedua alif dalam penulisan ุงู„ู„ู‡ ketiga alif dalam penulisan ุงู„ุฑุญู…ู†, dengan bacaan sesuai dengan kaidah mad dalam pekaidah penulisan yang kita tahu, yaitu ุจุงุณู… ุงู„ู„ุงู‡ ุงู„ุฑุญู…ุงู† lainnya dapat dilihat dari kalimat ุงู„ู…ู„ุฆูƒุฉ, ุงู„ุฅู†ุณู†, ุงู„ุดูŠุทู†, ุงู„ุตุฑุท, ุงู„ุนู„ู…ูŠู† dengan menghilangkan alif dan digantikan dengan tanda mad disetiap huruf yang dibaca rasm Utsmani juga ditemukan beberapa bentuk penulisan asing, sepertiRasm pada kalimatุฃูุฅูŠู† ู…ุงุช ditulis dengan penambahan huruf ya sebelum nunRasm pada kalimat ูˆุงู„ุณู…ุงุก ุจู†ูŠู†ู‡ุง ุจุฃูŠูŠุฏ dan kalimat ุจุฃูŠูŠูƒู… ditulis dengan dua huruf ya pada dua kata yang pada kalimat ุณุฃูˆุฑูŠูƒู… ุฏุงุฑ ุงู„ููŠู‚ูŠู† ditulis dengan menambahkan huruf wawu setelah alifRasm pada kalimat ูˆุฌุงูŠุก ูŠูˆู…ุฆุฐ ุจุฌู‡ู†ู… dengan menambahkan hurud alif setelah jim. Dan masih terdapat beberapa penulisan asing dalam rasm Utsmani. Untuk itu, Muhammad Thahir dalam bukunya secara khusus menjelaskan secara terperinci mengenai ayat-ayat yang tertulis menggunakan rasm Utsmani merupakan rasm khusus yang digunakan dalam penulisan ayat Al-Qurโ€™an atau mushaf, sedangkan dalam penulisan harian tidak dipergunakan karena bentuk penulisannya yang berbeda dari kaidah imla. Kecuali pada beberapa kalimat dan kata yang sering digunakan dalam keseharian. Seperti kalimat ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู…, ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡, ุงู„ู„ู‡, ุฐู„ูƒ, ู‡ุฃู†ุชู…, ู‡ุคู„ุงุก dan lainnya, menggantikan tulisan dalam kaidah imla, seperti ุจุงุณู… ุงู„ู„ุงู‡ ุงู„ุฑุญู…ุงู† ุงู„ุฑุญูŠู…, ู„ุง ุฅู„ุงู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ุงู‡, ุงู„ู„ุงู‡, ู‡ุงุฐุง, ุฐุงู„ูƒ, ู‡ุง ุฃู†ุชู…, ู‡ุง ุฃู„ุงุก.Melihat penulisan mushaf yang ditulis dengan rasm Utsmani berbeda dengan penulisan kaidah imla, maka dianjurkan bagi para penulis Al-Qurโ€™an untuk memperhatikan rasm Utsmani sebelum menuliskan ayat, untuk menghindari kesalahan dalam penulisan. Karena jika penulisan hanya mengandalkan hafalan semata, maka ditakutkan akan terdapat perbedaan dalam rasm yang Nindhya Ayomi. Sumber Muhammad Thahir ibn Abd al-Qadir al-Kurdi, Tarikh al-Qurโ€™an wa Gharaibu Rasmihi wa Hukmuhu, Jeddah 1365 H.
Penulisan al-Quran dengan Rasm Uthmani di antara Tawqif dan Ijtihad: Quranic Orthography with the Uthmani Script: Between Tawqif and Ijtihad December 2018 Maสฟฤlim al-Qurสพฤn wa al-Sunnah 14(2 ArticlePDF Available AbstractRasm 'Utsmฤnฤซ is a model for writing the Koran which was agreed during the Khalifah "Utsmฤn bin 'Affฤn by copying the manuscripts that had been collected at the time of Khalifah Abu Bakr al Shiddฤซq into several manuscripts. Then the manuscripts sent to various Islamic areas along with the qurrฤ` to be used as guidelines by the Muslims. Scholars have different views regarding the 'Utsmฤni rasm as something that must be followed or not. Scholars have three opinions. First, Rasm 'Utsmฤn is tauqifฤซ based on guidance from the Prophet SAW and cannot violate it and must be followed by Muslims. Second, Rasm 'Utsmฤn is ijtihad but still must be followed by Muslims and must not violate it. Third, Rasm 'Utsmฤn is just a given term which may be violated if it is agreed by a generation to use another model of rasm. There are several rules contained in this 'Utsmฤnฤซ rasm, one of them is the al hazf letter removal rule. The rules of al-hazf are broadly divided into three, such as hazf isyฤrah, hazf ikhtishฤr, and hazf iqtishฤr. From these three models, it can be seen that some letters were discarded, namely alif, waw, yฤ`, lฤm, and nun. Each of these letters has its own provisions in its writing in the Qur'an and has secrets that can be known through in-depth study. ABSTRAK Rasm Utsmฤnฤซ merupakan model penulisan al-Qur`an yang disepakati pada masa Khalifah โ€œUtsmฤn bin Affฤn dengan menyalin mushaf yang telah dikumpulkan pada masa Khalifah Abu Bakar al Shiddฤซq ke dalam beberapa mushฤf. Lalu dikirim ke berbagai wilayah Islam bersama dengan para qurrฤ` untuk dijadikan pedoman oleh kaum muslimin. Ulama berbeda pandangan dalam melihat rasm Utsmฤni sebagai sesuatu yang wajib diikuti atau tidak. Ada tiga pendapat ulama. Pertama, Rasm Utsmฤnฤซ bersifat tauqฤซfฤซ berdasarkan bimbingan dari Nabi SAW dan tidak boleh menyalahinya serta wajib diikuti oleh kaum muslimin. Kedua, Rasm Utsmฤnฤซ bersifat ijtihad namun tetap wajib diikuti oleh kaum muslimin serta tidak boleh menyalahinya. Ketiga, Rasm Utsmฤnฤซ hanyalah sebuah istilah yang diberikan yang boleh saja menyalahinya jika memang disepakati oleh suatu generasi untuk menggunakan model rasm yang lain. Ada beberapa kaidah yang terdapat dalam rasm Utsmฤnฤซ ini, salah satunya adalah kaidah al hazf pembuangan huruf. Kaidah al hazf ini secara garis besar terbagi tiga yaitu hazf isyฤrah, hazf ikhtishฤr, dan hazf iqtishฤr. Dari ketiga model ini terlihat ada beberapa huruf yang dibuang yaitu alif, waw, yฤ`, lฤm, dan nลซn. Masing- masing huruf tersebut memiliki ketentuan- ketentuan tersendiri dalam penulisannya dalam al-Qur`an dan mempunyai rahasia yang dapat diketahui melalui kajian yang mendalam. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. JURNAL ILMIAH AL MUโ€™ASHIRAH Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 18, No. 2, Januari 2021 Hal 83-96 p-ISSN 1693-7562 e-ISSN 2599-2619 Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ Misnawati Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh Email misnawati ABSTRACT Rasm 'Utsmฤnฤซ is a model for writing the Koran which was agreed during the Khalifah "Utsmฤn bin 'Affฤn by copying the manuscripts that had been collected at the time of Khalifah Abu Bakr al Shiddฤซq into several manuscripts. Then the manuscripts sent to various Islamic areas along with the qurrฤ` to be used as guidelines by the Muslims. Scholars have different views regarding the 'Utsmฤni rasm as something that must be followed or not. Scholars have three opinions. First, Rasm 'Utsmฤn is tauqifฤซ based on guidance from the Prophet SAW and cannot violate it and must be followed by Muslims. Second, Rasm 'Utsmฤn is ijtihad but still must be followed by Muslims and must not violate it. Third, Rasm 'Utsmฤn is just a given term which may be violated if it is agreed by a generation to use another model of rasm. There are several rules contained in this 'Utsmฤnฤซ rasm, one of them is the al hazf letter removal rule. The rules of al-hazf are broadly divided into three, such as hazf isyฤrah, hazf ikhtishฤr, and hazf iqtishฤr. From these three models, it can be seen that some letters were discarded, namely alif, waw, yฤ`, lฤm, and nun. Each of these letters has its own provisions in its writing in the Qur'an and has secrets that can be known through in-depth study. Keywords hazf al hurลซf, Rasm Utsmฤnฤซ. ABSTRAK Rasm Utsmฤnฤซ merupakan model penulisan al-Qur`an yang disepakati pada masa Khalifah โ€œUtsmฤn bin Affฤn dengan menyalin mushaf yang telah dikumpulkan pada masa Khalifah Abu Bakar al Shiddฤซq ke dalam beberapa mushฤf. Lalu dikirim ke berbagai wilayah Islam bersama dengan para qurrฤ` untuk dijadikan pedoman oleh kaum muslimin. Ulama berbeda pandangan dalam melihat rasm Utsmฤni sebagai sesuatu yang wajib diikuti atau tidak. Ada tiga pendapat ulama. Pertama, Rasm Utsmฤnฤซ bersifat tauqฤซfฤซ berdasarkan bimbingan dari Nabi SAW dan tidak boleh menyalahinya serta wajib diikuti oleh kaum muslimin. Kedua, Rasm Utsmฤnฤซ bersifat ijtihad namun tetap wajib diikuti oleh kaum muslimin serta tidak boleh menyalahinya. Ketiga, Rasm Utsmฤnฤซ hanyalah sebuah istilah yang diberikan yang boleh saja menyalahinya jika memang disepakati oleh suatu generasi untuk menggunakan model rasm yang lain. Ada beberapa kaidah yang terdapat dalam rasm Utsmฤnฤซ ini, salah satunya adalah kaidah al hazf pembuangan huruf. Kaidah al hazf ini secara garis besar terbagi tiga yaitu hazf isyฤrah, hazf ikhtishฤr, dan hazf iqtishฤr. Dari ketiga model ini terlihat ada beberapa huruf yang dibuang yaitu alif, waw, yฤ`, lฤm, dan nลซn. Masing- masing huruf tersebut memiliki ketentuan- ketentuan tersendiri dalam penulisannya dalam al-Qur`an dan mempunyai rahasia yang dapat diketahui melalui kajian yang mendalam. Kata Kunci hazf al hurลซf, Rasm 'Utsmฤnฤซ. Misnawati Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ 84 A. Pendahuluan Al Qur'an merupakan kitab samawi yang mendapat perhatian lebih dalam penjagaan dan pemeliharaannya bila dibandingkan dengan kitab samawi lainnya. Al Qur'an merupakan wahyu Allah ๏‰ yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad ๏ฒ secara berangsur- angsur dalam kurun waktu lebih kurang 23 tahun dalam masa kerasulannya agar menjadi pedoman hidup umat manusia. Salah satu manfaat diturunkan al Qur'an secara berangsur- angsur agar memberi kemudahan dalam memelihara, menghafal, menulis, dan memahaminya. Al Qur'an mempunyai metode khusus dalam penulisannya yang berbeda dengan tulisan yang beredar dalam masyarakat. Para ulama membagi model penulisan itu kepada tiga macam 1 Khath Ishthilฤhฤซ atau rasm imlฤ`ฤซ yaitu menuliskan kata sebagaimana diucapkan, atau rasm yang kaidah-kaidahnya itu berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh ulama Basrah dan Kufah dengan berpegang kepada rasm Utsmฤnฤซ dan ilmu Nahw dan Sharf. Rasm ini disebut juga dengan rasm qiyฤsฤซ 2 Khath 'Utsmฤnฤซ atau rasm 'Utsmฤnฤซ yaitu rasm yang disandarkan kepada 'Utsmฤn bin 'Affฤn ๏ด yang dengannya mushaf al Qur'an ditulis atau rasm khusus menulis ayat- ayat dan kata- kata al Qur`an pada periode penulisan dan pengumpulan al Qur`an yang masa khalifah Utsman merupakan periode akhir penulisannya. Rasm ini dikenal juga dengan rasm mushafฤซ atau rasm qurฤnฤซ. 3 Rasm Arลซdhฤซ yaitu rasm yang dijadikan pedoman oleh ahli Arลซdh dalam merangkai syair yang bersandar pada apa yang didengar, tidak berdasarkan arti Al Farmฤwฤซ, 2004 165 dan Sofiah Shamsuddin, 2006 177. Tulisan ini hanya mengkaji model tulisan yang kedua yaitu rasm 'Utsmฤnฤซ, khususnya berkaitan dengan hazf al hurลซf pembuangan huruf. Kajian tentang rasm Utsmฤnฤซ ini sudah banyak dikaji dari berbagai sudut pandang. Zaenal Arifin Madzkur melihat motif awal sejarah kodifikasi Mushaf al Qur`an di masa Utsman terlepas dari dorongan untuk menghindari perbedaan qira`at al Qur`an yang semakin meruncing seiring meluasnya kekuasaan Islam. Ia juga berpendapat bahwa keberadaan tiga varian hukum penulisan mushaf al Qur`an dengan rasm 'Utsmฤnฤซ, sudah sepatutnya dapat menjadi penengah dalam menyatukan persepsi umat Islam menyangkut ketauqifian rasm 'Utsmฤnฤซ menurut pendapat jumhur ulama agar tidak lagi menjadi isu profokatif untuk mengulang perselisihan masa lalu Zaenal Arifin Madzkur, 2011 22. Di sisi lain Mohammad Ikram bin Mohd Nor dan Mohd Faizulamri bin Mohd Saad berpandangan bahwa kajian tentang rasm 'Utsmฤnฤซ pada kaedah al-hazf terjadi perbedaan kalimat yang berlaku dan bukanlah sesuatu yang bersifat istilahi yang ditulis mengikut keinginan manusia. Bahkan ia bersifat tauqฤซfฤซ yang merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah ๏‰ melalui Rasul ๏ฒ. Sekiranya itu ijtihad para sahabat semata-mata maka sudah tentu huruf-huruf al Qur`an itu bukanlah suatu mukjizat. Jika hal ini berlaku, sudah tentu al-Qur`an mengalami perubahan dan penyelewengan Mohammad Ikram bin Mohd Nor dan Mohd Faizulamri bin Mohd Saad, 2017 29. Berdasarkan pemikiran di atas maka yang menjadi fokus penelitian di sini hanya terbatas pada kaidah al hazf. Maka pertanyaan yang muncul Apakah yang dimaksud dengan JURNAL ILMIAH AL MUโ€™ASHIRAH Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 18, No. 1, Januari 2021 85 rasm Utsmฤnฤซ? Bagaimana pandangan ulama tentang rasm Utsmฤnฤซ? Bagaimana kaidah- kaidah al hazf dalam rasm `Utsmฤnฤซ? Hal- hal inilah yang akan dikaji dalam penelitian ini. B. Pembahasan 1. Pengertian Rasm 'Utsmฤnฤซ Secara bahasa rasm merupakan masdar dari kata ๎€ƒ๎ข๎Žณ๎Žญ๎‚ฑ๎€ƒ๎€ƒ๎ข๎Žณ๎Žฎ๎ณ๎€๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ฑ๎ค๎Žณ๎Žญ ยป. Dalam kamus al mu'jam al wasฤซแนญ kata rasm diartikan dengan ๎‚๎Žง๎ญ๎€ƒ๎ސ๎Ž˜๎› ๎‚ช yang berarti tulisan, seperti dalam kata ๎Ž๎ŽŽ๎Ž˜๎œ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ސ๎Ž˜๎›๎ญ๎€ƒ๎•๎Žญ๎ฎ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ฐ๎ ๎‹๎€ƒ๎ข๎Žณ๎Žญยป Ibrahฤซm Muั•แนญafฤ dkk, tt 344 yang berarti menulis di kertas dan menulis buku. Dalam kitab Lisฤn al 'Arab kata rasm juga mempunyai makna ๎Žฎ๎Ž›๎ท๎Žยป yang berarti bekas atau sisa peninggalan Ibnu Mandlลซr , tt 241. Kata 'Utsmฤnฤซ, yaitu kata yang disandarkan kepada nama khalifah ketiga 'Utsmฤn bin 'Affฤn dengan menambah yฤ' nisbah di akhir nama tersebut. Dengan demikian, Rasm 'Utsmฤnฤซ menurut bahasa dapat diartikan dengan tulisan al Qur`an yang ada pada masa khalifah 'Utsmฤnฤซ bin 'Affฤn. Sedang menurut istilah atau terminologi Rasm Utsmฤnฤซ memiliki beberapa pengertian. Mannฤโ€™ al Qaththฤn berpandangan bahwa Rasm Utsmฤnฤซ adalah pola penulisan al Qur`an yang menggunakan metode khusus yang diikuti oleh Zaid bin Tsฤbit bersama tiga orang Qurasisy lainnya yang disetujui oleh Utsmฤn pada saat pengkodifikasian al Qur`an di masa kekhalifahannya Al Qaththฤn, 2000 146. Al Farmฤwฤซ berpandangan bahwa penamaan rasm 'Uแนกmฤnฤซ karena disandarkan kepada Khalifah Utsman dengan merujuk kepada naskah beliau dalam menggeneralisasi dan menyebarkan rasm ini setelah sampai masa-masa penulisan mushaf dengan metode khusus dalam penulisannya bukan karena beliau yang menciptakannya atau karena berbeda dengan rasm yang ada pada tangan Nabi SAW Al Farmฤwฤซ, 2004 166- 167. Sementara ั•ubhฤซ al ั•ฤlih berpendapat bahwa Rasm Utsmฤnฤซ adalah metode khusus yang dijadikan pedoman oleh panitia empat yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Saโ€™id bin Al- Ash dan Abd Ar-Rahman bin Al-Harits, dalam menghasilkan beberapa mushaf yang dikirim ke beberapa kota besar pada masa kekhalifahan Utsmฤn dan disetujui olehnya dalam penulisan kata-kata dan huruf- huruf al Qur`ฤn Subhฤซ al Sฤlih, 2005 275. Naskah mushaf Utsmฤnฤซ merupakan naskah yang ditulis pada periode awal penulisan mushaf tanpa ada tanda baca yang berupa titik pada huruf nuqath al-iโ€™jฤm dan harakat nuqath al-iโ€™rฤb. Hal ini didasarkan pada watak dasar orang-orang Arab yang masih murni dan belum bercampur dengan bahasa lainnya, sehingga mereka tidak membutuhkan baris dan titik. Al Qaththฤn, 2000 150. Karena itu Khalifah Utsman mengambil cara tersebut agar rasm tulisan itu dapat mengakomodir berbagai qiraโ€™at yang diterima dan diajarkan oleh Rasulullah ๏ฒ. Ketika naskah-naskah itu dikirim ke berbagai wilayah, semuanya pun menerima langkah tersebut, lalu kaum muslimin pun menyalin kembali naskah-naskah tersebut untuk keperluan pribadi mereka masing-masing tanpa adanya penambahan titik ataupun harakat terhadap kata-kata dalam mushaf tersebut Dian Febrianingsih, 2016 300. Dinamakan Rasm Utsmฤnฤซ bukan karena khalifah Utsmฤn yang menciptakannya, namun beliaulah yang mempopulerkan rasm ini dengan cara menyalin suhuf Abu Bakar kepada beberapa mushaf standard yang dikirim ke beberapa kota besar Islam untuk menjadi pedoman orang-orang Islam di kota tersebut dalam membaca al Qur`an. Sebenarnya rasm Misnawati Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ 86 ini adalah rasm penulisan suhuf Abu Bakar dan penulisan al Qur`an pada zaman Rasulullah ๏ฒ. Cara penulisan tidak semuanya sama antara tulisan dan ucapan, hal ini karena memiliki beberapa bentuk tulisan, dikarenakan beberapa sebab dan hikmah yang sebagiannya dapat diketahui dan yang lainnya tidak Al-Hamidy, 2018 121. 2. Pandangan Ulama tentang Rasm Utsmฤnฤซ Ulama berbeda pendapat dalam melihat rasm Utsmฤnฤซ sebagai sesuatu yang wajib diikuti atau tidak oleh ummat Islam. Perbedaan tersebut berkaitan dengan persoalan tauqฤซfฤซ dan ijtihฤdฤซ. Ada tiga pendapat yang masyhur yang berkaitan dengan rasm Utsmฤnฤซ ini yaitu 1 Jumhur ulama berpendapat bahwa penulisan al Qur`an dengan menggunakan Rasm Utsmฤnฤซ adalah bersifat tauqฤซfฤซ berdasarkan petunjuk dan bimbingan dari Nabi ๏ฒ dan wajib diikuti serta tidak boleh menyalahinya meskipun ada yang tidak sesuai dengan kaidah Nahwu dan Sharf, bahkan bagi orang yang kurang memahami al Qur`an bila tidak diberi harakat bisa menyebabkan kesalahan bacaan. Mereka yang berpendapat demikian di antaranya Malik bin Anas w. 179 H, Yahya al-Naisฤbลซri w. 226 H, Ahmad bin Hanbal w. 241 H0, Abu Amr al-dhani w. 444 H, al-Baihaqi w. 457 H, Muhammad al Sakhawi w. 643 H, Ibrahim bin Umar al-Jaโ€™biri w. 732 H. Bahkan imam Ahmad Ibn Hanbal dan Imam Malik berpendapat bahwa haram hukumnya menulis al-Qurโ€™an menyalahi rasm Utsmฤnฤซ Zaenal Arifin Madzkur, 2011 21. 2 Rasm Utsmฤnฤซ bersifat ijtihฤdฤซ artinya bukan berdasarkan petunjuk dan bimbingan dari Nabi ๏ฒ tapi berdasarkan ijtihad para sahabat yang merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui oleh Utsmฤn bin Affฤn dan diikuti dan diterima oleh ummat. Dan ini wajib diikuti dan ditaati oleh siapa saja yang menulis al Qurโ€™an. Tidak ada yang boleh menyalahi dan berbeda dengannya Sofiah Shamsuddin, 2006 178. 3 Rasm Utsmฤnฤซ๎€ƒhanyalah sebuah istilah yang boleh saja menyalahinya apabila suatu generasi sepakat untuk menggunakan cara tertentu dalam menulis al Qur`an yang berbeda dengan rasm Utsmฤnฤซ.๎€ƒRasm tersebut sudah dikenal luas di kalangan mereka. Abลซ Bakr al Bฤqillฤnฤซ w. 403 H, dalam kitabnya al-Intishฤr berpendapat bahwa dalam hal tulisan, Allah tidak mewajibkan sedikitpun kepada ummat, atau kepada para juru tulis al Qur`an dan para kaligrafer mushaf suatu bentuk tulisan tertentu dan meninggalkan bentuk tulisan lainnya. Mengingat kewajiban tersebut hanya dapat diketahui melalui pendengaran dan tauqฤซfฤซ. Dalam nash-nash al Qur`an, Sunnah, Ijmaโ€™, maupun qiyas syarโ€™i tidak ada penjelasan khusus berkaitan dengan bentuk tulisan yang harus diikuti dan tidak boleh ditinggalkan. Bahkan, Sunnah menunjukkan kebolehan menulis mushaf menurut cara yang mudah. Karena Rasulullah ๏ฒ dahulu menyuruh mereka menulis mushaf tanpa menjelaskan bentuk tertentu. Karena itu terjadilah perbedaan khath-khath mushaf. Di antara mereka ada yang menulis kata berdasarkan makhraj al lafzh dan ada juga yang menambah atau mengurangi berdasarkan pengetahuannya karena memang itu merupakan sebuah istilah Sofiah Shamsuddin, 2006 178. JURNAL ILMIAH AL MUโ€™ASHIRAH Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 18, No. 1, Januari 2021 87 Jadi di sini terlihat bahwa seorang penulis al Qur`an bebas memilih bentuk tulisan tanpa harus terikat dengan rasm Utsmฤnฤซ dan juga memberikan kemudahan kepada para pemula yang sedang belajar membaca al Qur`an tanpa merasakan adanya perbedaan antara rasm Utsmฤnฤซ dan rasm imlฤ`i. Kalau kita merujuk kepada tiga pendapat di atas, pendapat kedua merupakan pendapat yang lebih aman dari kemungkinan terjadinya perubahan dan pergantian huruf al Qur`an sehingga al Qur`an tetap terpelihara sepanjang masa dan tetap terjaga keotentikannya sampai hari kiamat. Seandainya diizinkan menulis al Qur`an dengan rasm imlฤ`i maka dikhawatirkan akan terjadinya perubahan mushaf dari waktu ke waktu karena memang rasm imlฤ`i itu kecenderungannya berbeda-beda pada waktu yang sama dan beberapa kata antara satu negara dengan negara lainnya juga berbeda. 3. Kaidah Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ Pada dasarnya bahasa Arab ditulis sesuai dengan bentuk pengucapannya, tanpa terjadi pengurangan, penambahan, pergantian maupun perubahan. Akan tetapi terdapat beberapa penyimpangan pola penulisan dalam mushaf Utsmani yang berbeda dengan tulisan Arab pada umumnya sehingga terdapat huruf yang ditulis kurang sesuai dengan pengucapannya, hal itu dilakukan untuk tujuan yang mulia pada masa setelahnya Al-Zarqฤnฤซ, 1995 300 dan Fathul Amin, 2020 76. Rasm Utsmฤnฤซ ini memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan rasm lainnya. Ada beberapa kaidah penulisan rasm Utsmฤnฤซ yaitu al hazf pembuangan, al ziyฤdah penambahan, al hamz hamzah, al ibdฤl penggantian, al washl dan al fashl penyambungan dan pemisahan, dan yang bisa dibaca dengan dua model qira`at atau dua bunyi Rosihon Anwar, 2013 49. Fokus kajian disini hanya kaidah hazf pembuangan atau penghilangan. Kaidah ini seperti membuang atau menghilangkan huruf-huruf hijaiyyah tertentu dalam pola kalimat pada al Qur`an. Kata al hazf secara bahasa mempunyai makna ๎€ƒ๎๎ŽŽ๎˜๎Žณ๎น๎Ž๎‚ฉ๎Ž”๎Ÿ๎Ž๎Žฏ๎น๎Ž๎ญยป yang mempunyai makna pengurangan atau penghilangan Al Dlabbฤโ€™, tt 31. Sedangkan secara istilah memiliki pengertian adanya bunyi suara yang diucapkan tanpa ada bentuk tulisan Al Hamad, 2012 105. Hazf ini terbagi ke dalam 3 jenis yaitu 1 Hazf Isyฤrah yaitu hazf yang sesuai dengan sebahagian qira`at mutawatir. Contohnya seperti dalam surat al Baqarah ayat 51 ๏€จ๎€ƒ๎‹ฑ๎Ž”๎‹ด๎ ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎Œ๎‹ด๎Ž‘๎‹ธ๎Žญ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎”ธ๎ฐ๎”ป๎Žณ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ฃ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ง๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎‹๎”ป๎ญ๎€ƒ๎‹ธ๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ๏. Ayat ini dibaca dengan membuang alif yang terletak setelah huruf waw pada kata ๏€จ๎ŽŽ๎‹ด๎ง๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎‹๎”ป๎ญ๏. Dibuangnya huruf alif sebagai isyarat kepada qirฤโ€™at hazf. Ulama yang membaca dengan membuang alif setelah waw dari kata al waโ€™d yaitu Abลซ Jaโ€™far, Abลซ Amr, Yaโ€™qลซb, al Yazฤซdฤซ, dan Ibnu Muhaishin. Sedangkan ulama lainnya membaca dengan menyebutkan alif dari kata al muwฤโ€™adah 2 Hazf Ikhtishฤr yaitu hazf yang tidak terbatas pada sebuah kata tanpa padanannya, seperti yang ada pada struktur kata jamaโ€™ muzakkar salฤซm dan jamaโ€™ muannats salฤซm. Tujuannya untuk meringkas atau mempersingkat kata. Contohnya seperti yang terdapat pada surat al Ahzฤb ayat 35 Misnawati Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ 88 ๎€๎จ๎‡ป๎ช๎…ฉ๎ช๎…‰๎‚Š๎„Ÿ๎…•๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎‰ฎ๎ช๎…ถ๎‚Š๎จ๎Š‚๎ƒป๎…ฏ๎‚‹๎จ๎ข๎€๎จ๎‡ป๎ช๎„ผ๎ช๎…ถ๎‚Š๎จ๎Š‚๎ƒป๎…ฏ๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎‰ฐ๎ช๎…ฒ๎ƒป๎„ฐ๎ฉ๎…ณ๎ƒป๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€๎จ๎‡ป๎ช๎…ถ๎ช๎…ฒ๎ƒป๎„ฐ๎ฉ๎…ณ๎ƒป๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎Š…๎ช๎…ฐ๎ƒป๎…๎ฉ๎…ณ๎ƒป๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€๎จ๎‡ป๎ช๎…ณ๎ช๎…ฐ๎ƒป๎…๎ฉ๎…ณ๎ƒป๎‰‰๎‚‹๎€๎„Ÿ๎ ๎ช๎€ฟ๎€๎‚Š๎จ๎‰ท๎ช๎„ธ๎‚Š๎„Ÿ๎…•๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎จ๎…ด๎‰†๎ช๎ช๎‡š๎‚Š๎„Ÿ๎…•๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎‰ฅ๎ช๎…‰๎‚Š๎„Ÿ๎…•๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€๎จ๎‡ป๎ช๎…ฉ๎ช๎ซ๎…‰๎จ๎…•๎จ๎„ผ๎ฉ๎…ณ๎ƒป๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎‰ฟ๎ช๎…’๎‚Š๎จ๎‰ด๎ƒป๎…ฏ๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎จ๎‡ป๎ช๎…ก๎ช๎…’๎‚Š๎จ๎‰ด๎ƒป๎…ฏ๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„๎€๎จ๎…ด๎‰†๎ช๎…‹๎ช๎…ฌ๎‚Š๎„Ÿ๎ˆ‘๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎‰พ๎ช๎…ง๎‚Š๎จ๎‰ณ๎ƒป๎…ฏ๎‚‹๎จ๎ข๎€๎ƒป๎…ฑ๎ฉ๎…น๎จ๎…๎ข๎ฉ๎…‹๎ฉ๎…ฆ๎€ ๎จ๎‡ป๎ช๎…ž๎ช๎…ง๎‚Š๎จ๎‰ณ๎ƒป๎…ฏ๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎Š…๎ช๎‰Œ๎„ข๎„Ÿ๎…•๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎จ๎‡ป๎ช๎…ณ๎ช๎‰Œ๎„ข๎„Ÿ๎…•๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€ ๎ช๎„บ๎‚Š๎จ๎‰ฅ๎ช๎ซ๎…‰๎จ๎…•๎จ๎„ผ๎ฉ๎…ณ๎ƒป๎‰‰๎‚‹๎จ๎ข๎€๎€๎„ต๎ฑ๎…ณ๎…พ๎ช๎…ž๎จ๎… ๎€๎๎ฅ๎…‹๎ƒป๎…๎จ๎€ฝ๎จ๎ข๎€๎ฑ๎ƒ๎จ๎…‹๎ช๎…ง๎ƒป๎…ค๎„Ÿ๎…ฒ๎€๎…ฑ๎ฉ๎…น๎จ๎‰‰๎€๎ฉ๎„Ÿ๎„ฌ๎‚‹๎€๎„Ÿ๎…‰๎จ๎… ๎จ๎€ฝ๎€ ๎ช๎„๎‚Š๎จ๎‰ท๎ช๎…ฌ๎‚Š๎„Ÿ๎ˆ‘๎‚‹๎จ๎ข๎€๎‹Š๎ฑ๎‡ž๎ช๎„ฟ๎จ๎…ฌ๎€๎จ๎„Ÿ๎„ฌ๎‚‹๎€3 Hazf Iqtishฤr yaitu hazf yang terbatas pada sebuah kata atau beberapa kata tertentu tanpa melibatkan kata lainnya. Hazf ini khusus pada alif sesudah ain yang hanya ada di surat al Anfฤl ayat 42, sedangkan di tempat lainnya ditetapkan alif. Contohnya ๏€จ๎Žช๎”ป๎Œ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ฐ๎‹ถ๎“๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎”๎‹ด๎ ๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žง๎‹ด๎ป๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎Š๎Ž—๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎‹๎Ž ๎‹ด๎ฎ๎‹ด๎Ž—๎€ƒ ๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎Ÿ๎‹ด๎ญ๏ Kata al mฤซโ€™ฤd dalam ayat tersebut dibuang alif setelah ain Al Farmฤwฤซ, 2004 179, Al Hamad, 2012 105 dan Syaโ€™bฤn Muhammad Ismฤโ€™ฤซl, 2012 37 Secara umum ada lima huruf yang dibuang dalam rasm Utsmฤnฤซ yang terdapat dalam al Qur`ฤn yaitu huruf alif, yฤ`. waw, dan lฤm. serta nลซn. Huruf yang paling banyak dibuang adalah huruf alif, yฤ`, waw. Huruf yang dibuang tersebut adakalanya terletak di tengah maupun di akhir. Huruf alif yang dibuang umumnya terletak di tengah kata, sedangkan huruf waw dan yฤ` umumnya terletak di akhir kata kecuali apabila berkumpul dua buah huruf waw atau yฤ` di tengah kata, maka dibuang salah satunya. a. Membuang huruf alif. Dihilangkannya huruf alif dalam al Qur`an terbagi dua cara 1. Pada tempat-tempat yang ada kaidah, rumus, atau aturan. 2. Pada tempat yang tidak ada kaidahnya. 1. Membuang huruf alif pada tempat- tempat yang ada kaidah tertentu terdapat pada a Dhamฤซr mutakallim maโ€™a al ghair atau dhamฤซr rafaโ€™ muttashil๎€ƒapabila bersambung dengan dhamฤซr nasab. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 50 ๏๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žฎ๎‹ต๎ˆ๎‹ธ๎จ๎‹ด๎Ž—๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎ง๎‹ด๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎‹๎‹ธ๎Žฎ๎‹ถ๎“๎€ƒ๎‹ด๎๎”ป๎Ž๎€ƒ๎”ธ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ธ๎—๎‹ด๎Žฎ๎‹ธ๎๎‹ด๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎”ป๎จ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎Ž ๎‹ธ๎ง๎‹ด๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ด๎Žฎ๎‹ธ๎Žค๎‹ด๎Ž’๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ต๎œ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ธ๎—๎‹ด๎Žฎ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ธ๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ๏€จ Huruf alif yang terletak setelah huruf nลซn pada kata ๎€ƒ๎‹ด๎Žƒ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎”ป๎จ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎Ž ๎‹ธ๎ง. b Jamaโ€™ mudzakkar salฤซm. Sesudah alif tidak terdapat tasydid atau hamzah. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Fฤtihah ayat 2 ๏๎€ƒ๎™ˆ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ค๎‹ด๎ ๎”ป๎Œ๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎‹ท๎Ž๎‹ด๎Žญ๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๎‹ถ๎นก๎€ƒ๎‹ต๎Žช๎‹ธ๎ค๎‹ด๎Žค๎‹ธ๎Ÿ๎‹ด๎Ž๏€จ Huruf alif setelah ain pada kata ๎€ƒ๎™ˆ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ค๎‹ด๎ ๎”ป๎Œ๎‹ธ๎Ÿ๎Ž dibuang. c Jamaโ€™ muannats salฤซm. Contohnya seperti yang terdapat pada surat al Ahzฤb ayat 35. Huruf alif yang terletak setelah huruf nลซn pada kata ๎€ƒ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎Ž–๎”ป๎จ๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ dibuang. Kata ini hanya mempunyai satu alif. Termasuk juga jika berkumpul 2 alif pada jamaโ€™ ini. Contohnya ๎€ƒ๎‹ต๎Ž–๎”ป๎Ž˜๎‹ถ๎จ๎”ป๎˜๎‹ธ๎Ÿ๎Ž, ๎€ƒ๎‹ต๎Ž–๎”ป๎—๎‹ถ๎Žช๎ต–๎Žผ๎Ÿ๎Ž.๎€ƒ Dua alif juga dibuang jika setelah alif pertama terdapat huruf hamzah atau tasydid. Contohnya ๎€ƒ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎Ž–๎”ป๎ค๎ตœ๎”ฉ๎™“๎ต–๎Žผ๎Ÿ๎‹ฌ๎€ƒ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎Ž–๎ต–๎”๎™“๎ต–๎Žผ๎Ÿ . Ada 3 pendapat yang ada dalam sebagian mushaf Madinah dan Iraq Pertama, tetap menulis huruf alif yang pertama dan menghilangkan alif yang kedua. Kedua, menghilangkan yang pertama dan menetapkan alif yang kedua. Ketiga, tetap menulis keduanya. Namun pendapat ini lemah. Yang JURNAL ILMIAH AL MUโ€™ASHIRAH Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 18, No. 1, Januari 2021 89 rฤjih adalah tetap menghilangkan kedua alif tersebut secara bersamaan Al Dlabbฤโ€™, tt 36. d Alif tatsniah yang terletak di tengah kata baik berupa isim atau fiโ€™il. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Mฤ`idah ayat 107 ๏๎€ƒ๎‹ถ๎ฅ ๎”ป๎Žฎ๎‹ด๎Žง๎”ป๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ฑ๎ค๎‹ธ๎Ž›๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎”ธ๎ŽŽ๎‰๎˜๎‹ด๎Žค๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žณ๎Ž๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ค๎‹ต๎ฌ๎‰๎ง๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎ฐ๎”ธ๎”ป๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ ๎‹ด๎Žฎ๎‹ถ๎Žœ๎‹ต๎‹๎€ƒ ๎‹ธ๎ฅ๎‹ถ๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ถ๎ฌ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ ๎‰๎–๎‹ด๎Žค๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žณ๎Ž๎€ƒ ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎Ž๎€ƒ ๎‹ด๎ฆ๎‹ถ๎ฃ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ค๎‹ต๎ฌ๎‹ด๎ฃ๎ŽŽ๎‹ด๎˜๎‹ด๎ฃ๎€ƒ ๎‹ถ๎ฆ๎”ป๎ฃ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎˜๎‹ด๎ณ๎€ƒ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎”ธ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ต๎Ž—๎‹ด๎Žฉ๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎‹ด๎Žธ๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๎นก๎ŽŽ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎‹ถ๎ฆ๎”ป๎ค๎‹ถ๎Žด๎‹ธ๎˜๎‹ต๎ด๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ถ๎ฆ๎”ป๎ด๎‹ด๎Ÿ๎‹ธ๎ญ๎‹ด๎‹ธ๎ป๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ค๎‹ถ๎ ๎ต–๎ˆ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ถ๎ค๎‰๎Ÿ๎€ƒ๎Ž๎‹ฑ๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎”ธ๎ŽŽ๎‰๎ง๎‹ถ๎Ž๎™…๎€ƒ๎”ธ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ธ๎ณ๎‹ด๎Žช๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎‹๎Ž๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ฃ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ค๎‹ถ๎ฌ๎‹ถ๎Ž—๎‹ด๎Žฉ๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎‹ด๎Žท๎€ƒ๎‹ธ๎ฆ๎‹ถ๎ฃ๎€ƒ๎Š๎–๎‹ด๎Žฃ๏€จ Huruf alif sesudah huruf yฤ` pada kata ๎€ƒ๎‹ถ๎ฆ๎”ป๎ด๎‹ด๎Ÿ๎‹ธ๎ญ๎‹ด๎‹ธ๎ป๎Ž dibuang karena mengandung dua cara membacanya Al Dlabbฤโ€™, tt 37. e Ism aโ€™jamiyyah nama- nama benda nonArab yang lebih dari tiga huruf. Ada 21 nama benda aโ€™jam yang terdapat dalam al Qur`an. Contohnya ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎‹ถ๎އ๎‹ฌ๎‹ด๎ข๎ฎญ๎ซ ๎”ป๎Žฎ๎‹ธ๎Ž‘๎€ƒ๎€ƒ๎–๎”ป๎Žค๎‹ธ๎Žณ๎‹ถ๎އ๎€ƒ๎‹ฌ๎‹ด๎ž๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎Œ๎”ป๎ค๎‹ธ๎Žณ๎‹ถ๎އ๎€ƒ๎€ƒ๎‹ฌ๎€ƒ๎€ƒ๎‹ฌ๎‹ด๎ฅ ๎”ป๎Žฎ๎‹ธ๎ค๎‹ถ๎‹๎€ƒ๎‹ฌ๎‹ด๎ฆ๎”ป๎ค๎‹ธ๎˜๎‹ต๎Ÿ๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎”ป๎ค๎‹ธ๎ด๎‹ด๎ ๎‹ต๎Žณ๎€ƒ๎‹ฌ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žฎ๎”ป๎ซ๎€ƒ๎€ƒ๎€‘. Ulama sepakat bahwa nama-nama tersebut ditulis dengan dibuang huruf alifnya. Sedangkan untuk kata ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎‹ด๎Ž•๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎ ๎€ƒ๎‹ต๎Žฉ ๎ฎฎ๎ญ๎Ž๎‹ด๎Žฉ๎€ƒ๎€ƒ๎‹ฌ๎€ƒ๎‹ด๎Ž•๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎ŽŸ๎‹ฌ , Ulama sepakat untuk menulis huruf alifnya. Sementara ulama berbeda pendapat untuk kata-kata๎€ƒ๎‹ด๎ž๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎‹ฏ๎™“๎Ž๎‹ด๎Žฎ๎‹ธ๎Žณ๎‹ถ๎Ž ๎€ƒ๎‹ฌ๎‹ด๎Ž•๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žญ๎ŽŽ๎‹ด๎ฃ๎€ƒ๎‹ฌ ๎‹ด๎Ž•๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žญ๎ŽŽ๎‹ด๎ซ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žญ๎ŽŽ๎‹ด๎—๎€ƒ๎€ƒ , Abu Daud memilih dengan menghilangkan huruf alif, sedangkan Al-Dฤnฤซ tidak menghilangkan huruf alif. Al Dhabbฤโ€™, tt 38, Al Farmฤwฤซ, 2004 180, Al Hamad, 2012 106- 108 dan Al Zarkasyฤซ, 1988 471-472. 2. Membuang huruf alif pada tempat-tempat yang tidak ada kaidahnya, hanya terdapat di sebagian kecil saja baik diulang-ulang atau tidak. Model seperti ini ada pada semua huruf muโ€™jam kamus atau huruf hujaiyyah. Contohnya ๎€ƒ๎€‘๎€ƒ๎‹ฒ๎ސ๎”ป๎Ž˜๎‹ถ๎›๎€ƒ๎‹ฌ๎€ƒ๎‹ถ๎š๎‹ถ๎ ๎”ป๎ฃ๎€‘๎€ƒ๎€ƒ Selain itu juga terdapat pada beberapa tempat seperti a Kalimat basmalah, baik kalimat tersebut lengkap atau tidak. Contohnya ๎€ƒ๎‹ถ๎ข๎‹ธ๎ด ๎‹ถ๎Žฃ๎‰๎Žฎ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ ๎‹ถ๎ฆ๎”ป๎ค๎‹ธ๎Žฃ๎‰๎Žฎ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ถ๎ข๎‹ธ๎Žด๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ ๎€ƒ dan pada surat Hลซd ayat 41 ๏€จ๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ถ๎ข๎‹ธ๎Žด๎‹ถ๎Ž‘๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎”ฉ๎”ป๎Žณ๎‹ธ๎Žฎ๎‹ต๎ฃ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎”ฉ ๎™™๎”ป๎Žฎ๎‹ธ๎Ž ๎‹ด๎ฃ๏ b Lafazh Allah. ๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๏€ƒ c Setelah huruf lฤm atau antara dua huruf lฤm. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Nisฤ` ayat 176 ๏๎€ƒ๎‹ถ๎Ž”๎‹ด๎ ๎”ป๎ ๎‹ด๎œ๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ฐ๎‹ถ๎“๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎Ž˜๎‹ธ๎”๎‹ต๎ณ๎€ƒ๎‹ต๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ถ๎ž๎‹ต๎—๎€ƒ ๎™†๎‹ด๎š๎‹ด๎ง ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎”๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žด๎‹ด๎ณ๏€จ Huruf alif yang terletak setelah huruf lฤm pada kata ๎€ƒ๎‹ถ๎Ž”๎‹ด๎ ๎”ป๎ ๎‹ด๎œ๎‹ธ๎Ÿ๎Ž dibuang karena terletak antara dua buah huruf Semua kata bilangan. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al kahf ayat 25 ๏๎€ƒ๎‹ด๎Žš๎”ป๎ ๎‹ด๎Ž›๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ถ๎ฌ๎‹ถ๎”๎‹ธ๎ฌ๎‹ด๎›๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎“๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Žœ๎‹ถ๎Ž’๎‹ด๎Ÿ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ฑ๎Œ๎‹ธ๎Žด๎‹ถ๎Ž—๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žฉ๎Ž๎‹ด๎Žฉ๎‹ธ๎Žฏ๎Ž ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎จ๎‹ถ๎Žณ๎€ƒ๎‹ณ๎Ž”๎‹ด๎Ž‹๎ŽŽ๎‹ถ๎ฃ๏€จ Huruf alif yang terletah sesudah huruf lฤm pada kata ๎€ƒ๎‹ด๎Žš๎”ป๎ ๎‹ด๎Ž› sudah dibuang. e Semua bentuk jamaโ€™ taktsฤซr. Contohnya ๎€ƒ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎Žช ๎‹ถ๎Ž ๎”ป๎Žด๎‹ด๎ค๎‹ธ๎Ÿ Mลซsฤ Syฤhain Lฤsyain, 2002 70. f Ha tanbฤซh. Contohnya seperti yang terdapat pada surat ฤ€li Imrฤn ayat 66 ๏๎€ƒ๎‹ฒ๎ข๎‹ธ๎ ๎‹ถ๎‹๎€ƒ ๎ฎญ๎ช๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ค๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎“๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎Ž ๎‹ด๎ŽŸ๎ŽŽ๎‹ด๎Žฃ๎€ƒ๎‹ถ๎‹ฏ๎™“๎‹ด๎ป๎‹ต๎ކ๎”ป๎”ธ๎ซ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎ง๎‹ด๎ŽŽ๎”ธ๎”ป๎ซ๏€จ Huruf alif yang terletak setelah huruf ha yang menunjukkan peringatan pada ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎ง๎‹ด๎ŽŽ๎”ธ๎”ป๎ซ dibuang. g Yฤ nidฤ` ya seruan. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 21 Huruf alif yang terletak setelah yฤ` yang menunjukkan seruan pada ๎€ƒ๎‹ต๎Žฑ๎ŽŽ๎‰๎จ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎Š๎ณ๎‹ด๎ŽŽ๎”ธ๎”ป๎ณ dibuang. Rosihan Anwar, 2013 49. Selain itu alif pada akhir kata tidak dibuang kecuali pada kata ๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎Š๎ณ๎Žƒ yang ada pada tiga tempat yaitu dalam surat al Nลซr ayat 31 ๏€จ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎จ๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ช๎Š๎ณ๎‹ด๎Ž๏, al Zukhrลซf ayat 49 Misnawati Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ 90 ๏€จ๎€ƒ๎Žฎ ๎‹ถ๎Žฃ๎ŽŽ๎‰๎Žด๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ช๎Š๎ณ๎‹ด๎ŽŽ๎”ธ๎”ป๎ณ๏, dan al Rahmฤn ayat 31 ๏€จ๎€ƒ๎‹ถ๎ฆ๎”ป๎ ๎‹ด๎˜๎‰๎Žœ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ช๎Š๎ณ๎‹ด๎Ž๏. Abu Daud berpandangan bahwa dibuangnya alif pada kata tersebut karena kata itu sendiri, sedangkan Al Jaโ€™barฤซ berpendapat karena kata tersebut dibaca dalam beberapa qiraโ€™at. Al Mฤraghanฤซ melihat ada 3 alasan dibuang alif pada kata ๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎Š๎ณ๎Žƒ di tiga tempat tersebut yaitu sebagai isyarat dari qiraโ€™at Ibnu ฤ€mir, menulis dengan lafadh yang bersambung, dan menyesuaikan dengan harakah fathah sebelumnya dengan huruf alif sebagaimana menyesuaikan harakat dhammah dengan huruf waw dan harakat kasrah dengan huruf yฤ` Al Hamad, 2012 109, 210. Dengan demikian, dibuangnya huruf alif umumnya untuk mempersingkat kata, menyesuaikan dengan harakat dari huruf sebelumnya, dan juga untuk mengurangi huruf mad atau huruf illat. b. Membuang huruf yฤ`. Huruf yฤ` adakalanya huruf asli dan terkadang huruf tambahan zฤ`idah dan hanya untuk kasrah. Pembuangan huruf yฤ` dalam al-Qur`an terdapat dalam beberapa kata. Tidak ada aturan khusus dalam pembuangan huruf ini, namun para ulama juga membuat ketentuan-ketentuan tersendiri berupa 1 Huruf yฤ` dibuang apabila terletak di tengah kata dan berkumpul dengan huruf yฤ` lainnya. Contohnya seperti terdapat dalam surat al Mฤ`idah ayat 111 ๏๎ฐ๎‹ด๎Ÿ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎Ž–๎‹ธ๎ด๎‹ด๎Žฃ๎‹ธ๎ญ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ ๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎ฎญ๎‹ท๎ณ๎‹ถ๎Žญ๎Ž ๎‹ด๎ฎ๎‹ด๎Žค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ŽŽ๎‰๎จ๎‹ด๎ฃ๎”ป๎Ž๎€ƒ๎Ž ๎”ธ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎—๎€ƒ๎™‰๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎Ÿ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Žณ๎‹ด๎Žฎ๎‹ถ๎Ž‘๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎จ๎‹ถ๎ฃ๎”ป๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎ฅ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ค๎‹ถ๎ ๎‹ธ๎Žด๎‹ต๎ฃ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‰๎ง๎‹ด๎ŽŽ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎ฌ๎‹ธ๎Žท๎Ž ๎‹ด๎ญ๏€จ Huruf yฤ` yang terletak sesudah yฤ` juga pada kata ๎€ƒ๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎ฎญ๎‹ท๎ณ๎‹ถ๎Žญ๎Ž ๎‹ด๎ฎ๎‹ด๎Žค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎‚ฉ ยป pada ayat di atas sudah dibuang. 2 Huruf yฤ` dihilangkan di setiap kata yang di akhirnya terdapat dua buah huruf yฤ`, dan huruf yฤ` yang kedua sukun. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 26 ๏๎€ƒ๎”ธ๎ฎญ๎ฒ๎‹ธ๎Žค๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žด๎‹ด๎ณ๎€ƒ ๎‹ด๎ป๎€ƒ๎‹ด๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‰๎ฅ๎‹ถ๎Ž๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎‹ด๎—๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎“๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ค๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ฑ๎Ž”๎‹ด๎Žฟ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Œ๎‹ด๎Ž‘๎€ƒ๎ŽŽ๎‰๎ฃ๎€ƒ ๎‹ฑ๎ผ๎‹ด๎Žœ๎‹ด๎ฃ๎€ƒ ๎‹ด๎Ž๎‹ถ๎Žฎ๎‹ธ๎€๎‰๎ณ๎€ƒ๎‹ธ๎ฅ๎‹ด๎Ž๎€ƒ ๏€จ Huruf yฤ` yang ada pada kata ๎€ƒ๎”ธ๎ฎญ๎ฒ๎‹ธ๎Žค๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žด๎‹ด๎ณ๎€ƒ di sini dibuang. Di sisi lain ada juga huruf yฤ` yang kedua yang berharakah. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Aโ€™rฤf ayat 196 ๏๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด ๎‹ถ๎Žค๎‹ถ๎ ๎ต–๎Žผ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ฐ๎‰๎Ÿ๎‹ด๎ฎ๎‹ด๎Ž˜๎‹ด๎ณ๎€ƒ ๎‹ด๎ฎ๎‹ต๎ซ๎‹ด๎ญ๎€ƒ ๎™…๎‹ด๎ސ๎”ป๎Ž˜๎‹ถ๎œ๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎๎‰๎Žฐ๎‹ด๎ง๎€ƒ๎‹ธ๎ฑ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ด๎™–๎€ƒ๎‹ถ๎‹ท๎ฒ๎‹ถ๎Ÿ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‰๎ฅ๎‹ถ๎Ž๏€จ Huruf yฤ` pada kata ๎€ƒ๎‹ด๎™–๎€ƒ๎‹ถ๎‹ท๎ฒ๎‹ถ๎Ÿ๎‹ด๎ญ dibuang. Dalam hal ini dikecualikan huruf yฤ` yang bersambung dengan dhamฤซr. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 28 ๏๎€ƒ๎™‰๎‹ธ๎ข๎‹ต๎›๎ŽŽ๎‹ด๎ด๎‹ธ๎Žฃ๎‹ด๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ฑ๎Ž—๎Ž ๎‹ด๎ฎ๎‹ธ๎ฃ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎จ๎‹ต๎›๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๎นก๎ŽŽ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žฎ๎‹ต๎”๎‹ธ๎œ๎‹ด๎Ž—๎€ƒ ๎‹ด๎’๎‹ธ๎ด๎‹ด๎›๎€ƒ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Œ๎‹ด๎ŽŸ๎‹ธ๎Žฎ๎‹ต๎Ž—๎€ƒ๎‹ถ๎ช๎‹ธ๎ด๎‹ด๎Ÿ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎‰๎ข๎‹ต๎Ž›๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ด๎‹ธ๎Žค๎‹ต๎ณ๎€ƒ๎‰๎ข๎‹ต๎Ž›๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ค๎‹ต๎ณ๎€ƒ๎‰๎ข๎‹ต๎Ž›๏€จ Kata ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ด๎‹ธ๎Žค๎‹ต๎ณ di sini, huruf yฤ`nya tidak dibuang karena huruf yฤ` tersebut bersambung dengan Huruf yฤ` yang asli dihilangkan pada akhir beberapa kata karena adanya huruf yang berbaris sukun atau mati setelahnya, atau karena waqaf. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Nisฤ` ayat 146 ๏๎ŽŽ๎‹ฑ๎ค๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ˆ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎Ž๎‹ฑ๎Žฎ๎‹ธ๎ŽŸ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎จ๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ถ๎Ž•๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ณ๎€ƒ ๎‹ด๎‘๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎Žณ๎‹ด๎ญ๏€จ Kata ๎€ƒ๎‹ถ๎Ž•๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ณ๎‚ฉ ยป dalam ayat di atas, huruf yฤ`nya dihilangkan karena setelahnya ada huruf mati. Dihilangkan huruf tersebut karena di sini Allah akan memberikan kepada orang JURNAL ILMIAH AL MUโ€™ASHIRAH Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 18, No. 1, Januari 2021 91 beriman sesuatu yang tidak nampak di dunia hingga berlanjut di akhirat yang hanya diketahui karena iman dan penyerahan diri kepada Allah. Penghilangan huruf tersebut sebagai tanbฤซh peringatan Al Farmฤwฤซ, 183 dan Al Zarkasyฤซ, 485. 4 Huruf yฤ` dihilangkan pada akhir-akhir ayat agar sesuai dengan baris kasrah sebelumnya baik dia itu dhamฤซr mafโ€™ลซl, idlฤfah, atau yฤ` yang asli Al Hamad, 2012 111- 112 dan Al Zarkasyฤซ, 1988 478- 486. Model ini ada di 10 tempat. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 40 ๏๎€ƒ๎”ธ๎‹ธ๎ฑ๎‹ถ๎Žช๎‹ธ๎ฌ๎‹ด๎Œ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎“๎‹ธ๎ญ๎‹ด๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ ๎‹ต๎Ž–๎‹ธ๎ค๎‹ด๎Œ๎‹ธ๎ง๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎”ธ๎ฒ๎‹ถ๎Ž˜๎‰๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฒ๎‹ถ๎Ž˜๎‹ด๎ค๎‹ธ๎Œ๎‹ถ๎ง๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žฎ๎‹ต๎›๎‹ธ๎Žซ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ž๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎‹ฏ๎™“๎Ž๎‹ด๎Žฎ๎‹ธ๎Žณ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎”ธ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎จ๎‹ด๎Ž’๎”ป๎ณ๎€ƒ๎‹ด๎ฑ๎ŽŽ๎‰๎ณ๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ ๎™‰๎‹ธ๎ข๎‹ต๎›๎‹ถ๎Žช๎‹ธ๎ฌ๎‹ด๎Œ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ ๎‹ถ๎‘๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Ž๎€ƒ๎€ƒ๎‹ถ๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ž’๎‹ด๎ซ๎‹ธ๎Žญ๎ŽŽ๎‹ด๎“๏€จ Kata ๎€ƒ๎‹ถ๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ž’๎‹ด๎ซ๎‹ธ๎Žญ๎ŽŽ๎‹ด๎“ dalam ayat di atas sudah dihilangkan huruf yฤ` yang terletak di akhir kata tersebut. Huruf yฤ` dalam ayat tersebut adalah zฤ`idah tambahan. 5 Huruf yฤ` dihilangkan jika berupa dhamฤซr al mutakallim kata ganti orang pertama tunggal yang disandarkan kepada ism munฤdฤ kata yang menunjukkan panggilan. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Mฤ`idah ayat 20 ๏๎€ƒ๎‹ถ๎ก๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎˜๎”ป๎ณ๎€ƒ๎ช๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎˜๎‹ถ๎Ÿ๎€ƒ๎ฐ๎”ป๎Žณ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ฃ๎€ƒ๎‹ด๎๎ŽŽ๎‹ด๎—๎€ƒ๎‹ธ๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎™ˆ๎ŽŽ๎‹ฑ๎›๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ ๎Š๎ฃ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ด๎ ๎‹ด๎Œ๎‹ด๎ŽŸ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ด๎‹ฏ๎™“๎ŽŽ๎‹ด๎ด๎‹ถ๎Ž’๎™‘๎‹ธ๎ง๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎“๎€ƒ๎‹ด๎ž๎‹ด๎Œ๎‹ด๎ŽŸ๎€ƒ๎‹ธ๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ด๎Ž”๎‹ด๎ค๎‹ธ๎Œ๎‹ถ๎ง๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žฎ๎‹ต๎›๎‹ธ๎Žซ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ค๎‹ด๎ ๎”ป๎Œ๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ถ๎‹ท๎ฃ๎€ƒ๎Ž๎‹ฑ๎Žช๎‹ด๎Žฃ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎Ž•๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ณ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎ŽŽ๎‰๎ฃ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎œ๎”ฉ๎”ป๎Ž—๎”ป๎Ž๎‰๎ญ๏€จ Kata ๎€ƒ๎‹ถ๎ก๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎˜๎”ป๎ณ pada ayat di atas sudah dibuang yฤ`nya karena ia berupa kata ganti orang pertama tunggal. Namun di sisi lain ada tiga tempat lainnya yang huruf yฤnya ditulis. Contohnya dalam surat al Ankabลซt ayat 56 ๏๎€ƒ๎‹ถ๎ฅ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žช๎‹ต๎Ž’๎‹ธ๎‹๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ด๎ฑ๎ŽŽ๎‰๎ณ๎‹ถ๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ฒ๎Ž”๎‹ด๎Œ๎‹ถ๎Žณ๎Ž ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎Žฟ๎‹ธ๎Žญ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‰๎ฅ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎Ž ๎”ธ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎จ๎‹ด๎ฃ๎”ป๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฑ๎‹ถ๎Žฉ๎ŽŽ๎‹ด๎Ž’๎‹ถ๎Œ๎”ป๎ณ๏€จ dan dalam surat al Zumar ayat 53 ๏๎€ƒ๎‹ธ๎ž๎‹ต๎—๎€ƒ๎‹ถ๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ถ๎Ž”๎‹ด๎ค๎‹ธ๎Žฃ๎‰๎Žญ๎€ƒ ๎‹ธ๎ฆ๎‹ถ๎ฃ๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎„๎‹ด๎จ๎‹ธ๎˜๎‹ด๎Ž—๎€ƒ ๎‹ด๎ป๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ถ๎ฌ๎‹ถ๎Žด๎‹ต๎”๎‹ธ๎ง๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎ฐ๎”ธ๎”ป๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎“๎‹ด๎Žฎ๎‹ธ๎Žณ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฑ๎‹ถ๎Žฉ๎ŽŽ๎‹ด๎Ž’๎‹ถ๎Œ๎”ป๎ณ๏€จ serta dalam surat al Zukhruf ayat 68 ๏๎€ƒ๎™‰๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ง๎‹ด๎Žฐ๎‹ธ๎Žค๎‹ด๎Ž—๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎Ž˜๎‹ธ๎ง๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎”ธ๎‹ด๎ป๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ด๎ก๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎ด๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ต๎œ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ ๎‹ฒ๎‘๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎Žง ๎‹ด๎ป๎€ƒ๎‹ถ๎Žฉ๎ŽŽ๎‹ด๎Ž’๎‹ถ๎Œ๎”ป๎ณ๏€จ Huruf yฤ` dalam kata ๎€ƒ๎‹ด๎ฑ๎‹ถ๎Žฉ๎ŽŽ๎‹ด๎Ž’๎‹ถ๎Œ๎”ป๎ณ๎€ƒ di surat al Ankabลซt ayat 56 dan surat al Zumar ayat 53 di atas tidak dihilangkan, sementara dalam surat al Zukhruf ayat 68, di sebahagian mushaf huruf yฤ` ditulis dan sebahagian lainnya dihilangkan. Contohnya ada di dalam mushaf Madinah Al Hamad, 2012 113. 6 Huruf yฤ` dihilangkan di sejumlah kata yang tidak ada sebab yang jelas kecuali untuk menyesuaikan dengan harakah kasrah, atau bukan karena munฤdฤ, manqลซsh, dan bertemu dengan harakah sukun, serta bukan akhir ayat. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 186 ๏๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎Ÿ๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ž’๎‹ธ๎ด ๎‹ถ๎Ž ๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žด๎‹ด๎ด๎‹ธ๎ ๎‹ด๎“๎€ƒ ๎™ˆ๎‹ถ๎ฅ๎ŽŽ๎‹ด๎‹๎‹ด๎Žฉ๎€ƒ๎Ž๎‹ด๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎‰๎Ž๎‰๎Žช๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎Ž“ ๎‹ด๎ฎ๎‹ธ๎‹๎‹ด๎Žฉ๎€ƒ ๎‹ต๎ސ๎‹ธ๎ด ๎‹ถ๎ŽŸ๎‹ต๎Ž๎€ƒ๎™†๎€ƒ ๎‹ฒ๎ސ๎‹ธ๎ณ ๎‹ถ๎Žฎ๎‹ด๎—๎€ƒ ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎‹ท๎ง๎‹ถ๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎‹ท๎จ๎‹ด๎‹๎€ƒ ๎‹ธ๎ฑ๎‹ถ๎Žฉ๎ŽŽ๎‹ด๎Ž’๎‹ถ๎‹๎€ƒ ๎‹ด๎š๎‹ด๎Ÿ๎‹ด๎ŽŽ๎‹ด๎Žณ๎€ƒ๎Ž๎‹ด๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ธ๎ญ๎‹ต๎Žช๎‹ต๎Žท๎‹ธ๎Žฎ๎‹ด๎ณ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‰๎ ๎‹ด๎Œ๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎จ๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ด๎‹ธ๎Ÿ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๏€จ Huruf yฤ` yang terletak sesudah huruf nลซn dalam kata ๎‚ฉ๎‹ถ๎ฅ๎ŽŽ๎‹ด๎‹๎‹ด๎Žฉยป dibuang dalam penulisannya karena menunjukkan kepada doa yang termasuk perkara yang ghaib disertai dengan keikhlasan yang tersembunyi Al Zarkasyฤซ , 479. 7 Beberapa mushaf berbeda dalam penghapusan huruf yฤ`. Jenis ini ada di lima belas tempat yang terdapat dalam mushaf Irak dan Syam. Sementara dalam mushaf Madinah dan Makkah tetap ditulis huruf yฤ` Al Hamad , 113. Misnawati Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ 92 Umumnya dibuang huruf yฤ` dalam mushaf itu tujuannya untuk menyesuaikan dengan baris sebelumnya yang kasrah untuk memberi keringanan dalam membaca al-Qur`an dan ini bahasa yang maโ€™ruf di kalangan orang Arab. Ada juga karena perbedaan qira`at dimana sebagian qira`at membuangnya dan sebagiannya lagi menetapkannya. Di antara para ahli qira`at ada yang menghilangkannya baik karena untuk menyambungnya atau karena berhenti. Dan ada juga yang tetap menulisnya karena menyambungnya dan menghilangkannya karena waqaf atau berhenti. Alasan dihilangkannya huruf yฤ` karena washal dan waqaf untuk mengikuti rasm tersebut, menyesuaikan dengan harakat kasrah, dan melakukan waqaf di tempat berlakunya washal. Sedangkan alasan tetap ditulis huruf yฤ` baik karena washal maupun waqaf karena dia merupakan huruf asli. Sementara orang yang menetapkan huruf yฤ` karena ingin menyambungnya dan menghilangkannya karena ingin mewaqafkannya dengan alasan karena huruf tersebut mengikuti asli ketika washal, dan mengikuti tulisan mushhaf ketika menghentikan bacaan; dan karena kebanyakan tulisan ditulis dengan menyesuaikan dengan waqaf dan ibtidฤ` memulai bacaan. Maka tatkala huruf yฤ tidak ditetapkan dalam tulisan maka dia dihilangkan daalam waqaf; dan karena mengikuti rasm Ismฤโ€™ฤซl, 2012 46. c. Membuang huruf waw. Huruf waw dihilangkan dari sebuah kata untuk disesuaikan dengan harakat dhammah yang bertujuan untuk memberi keringanan. Huruf tersebut dihilangkan dalam mushaf pada beberapa kata dengan kriteria-kriteria berikut 1 Apabila dua buah huruf waw berkumpul dalam satu kata dan huruf waw yang kedua berharakah sukun setelah dhammah, maka salah satu dari keduanya tidak ditulis. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Syuโ€™arฤ` ayat 224 ๏๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎ฎฎ๎ญ๎ŽŽ๎‹ด๎๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ต๎Œ๎‹ถ๎Ž’๎‰๎Ž˜๎‹ด๎ณ๎€ƒ๎‹ต๎‹ฏ๎™“๎Ž๎‹ด๎Žฎ๎‹ด๎Œ๎Š๎Žธ๎Ÿ๎Ž ๎‹ด๎ญ๏€จ Huruf waw pada kata ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎ฎฎ๎ญ๎ŽŽ๎‹ด๎๎‹ธ๎Ÿ๎Žยป pada ayat di atas sudah dibuang. 2 Apabila huruf waw adalah gambaran dari huruf hamzah dan setelahnya ada huruf waw yang lain maka huruf waw tersebut dihilangkan. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Isrฤ` ayat 34 ๏๎€ƒ๎ต™๎‹ฐ๎‹ธ๎Žด๎‹ด๎ฃ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎ŽŽ๎‹ด๎›๎€ƒ๎‹ด๎Žช๎‹ธ๎ฌ๎‹ด๎Œ๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‰๎ฅ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎™…๎‹ถ๎Žช๎‹ธ๎ฌ๎‹ด๎Œ๎‹ธ๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎“๎‹ธ๎ญ๎‹ด๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ฑ๎ป๎‹ธ๎ฎ๏€จ Huruf waw dalam kata ๎€ƒ๎‹ฑ๎ป๎‹ธ๎ฎ๎ต™๎‹ฐ๎‹ธ๎Žด๎‹ด๎ฃ sudah dihilangkan. Demikian juga apabila huruf waw tersebut bentuk dari huruf hamzah yang terletak di antara dua buah huruf waw maka huruf wawnya juga dibuang dan salah satu dari dua buah huruf waw yang bersamanya juga dibuang. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Takwฤซr ayat 8 ๏๎€ƒ๎‹ธ๎Ž–๎‹ด๎ ๎ตœ๎”ฉ๎‹ต๎Žณ๎€ƒ๎‹ต๎Ž“๎‹ด๎Žฉ๎ฎฎ๎‹ฏ๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎Ž๎‹ด๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ๏€จ Huruf waw pada kata ๎€ƒ๎‹ต๎Ž“๎‹ด๎Žฉ๎ฎฎ๎‹ฏ๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Žยป sudah dihilangkan Al Farmฤwฤซ, 2004 184- 185. Jadi di semua mushaf, kata ini ditulis dengan satu waw dan dibuang huruf waw yang lainnya dengan dua syarat a. Jika huruf waw yang kedua terletak setelah harakat dhammah. b. Jika huruf waw tersebut berdampingan dengan dua buah huruf waw dalam tulisan baik secara nampak maupun yang taqdirnya. 3 Huruf waw dibuang pada akhir fiโ€™l kata kerja pada 4 tempat yaitu a. Surat al Isrฤ` ayat 11 pada kata ๎€ƒ๎‹ต๎‰๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎ณ JURNAL ILMIAH AL MUโ€™ASHIRAH Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 18, No. 1, Januari 2021 93 ๏๎€ƒ๎‹ฑ๎ป๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ž ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎‹ต๎ฅ๎ŽŽ๎‹ด๎Žด๎‹ธ๎ง๎‹ถ๎‹ธ๎ป๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎ŽŽ๎‹ด๎›๎‹ด๎ญ๎€ƒ ๎™†๎‹ถ๎Žฎ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎Žจ๎‹ธ๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎ฎฎ๎ฉ๎‹ด๎‹ฏ๎™“๎ŽŽ๎‹ด๎‹๎‹ต๎Žฉ๎€ƒ ๎‹ถ๎‹ท๎Žฎ๎‰๎Žธ๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎‹ต๎ฅ๎ŽŽ๎‹ด๎Žด๎‹ธ๎ง๎‹ถ๎‹ธ๎ป๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎‰๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎ณ๎‹ด๎ญ๏€จ b. Surat al Syลซrฤ ayat 24 pada kata ๎€ƒ๎‹ต๎Žข๎‹ธ๎ค๎‹ด๎ณ ๎Ž๏๎ช๎‹ถ๎Ž˜๎”ป๎ค๎‹ถ๎ ๎‹ด๎œ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎‰๎–๎‹ด๎Žค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎Š๎–๎‹ถ๎Žค๎‹ต๎ณ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ด๎ž๎‹ถ๎๎ŽŽ๎‹ด๎Ž’๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ต๎Žข๎‹ธ๎ค๎‹ด๎ณ๎‹ด๎ญ ๏€จ c. Surat al Qamar ayat 6 pada kata ๎€ƒ๎‹ต๎‰๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎ณ ๏๎€ƒ๎™ˆ๎‹ณ๎Žฎ๎‹ต๎œ๎Š๎ง๎€ƒ๎‹ณ๎‹ฏ๎‹ธ๎ฒ๎‹ด๎Žท๎€ƒ๎ฐ๎”ป๎Ÿ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎‰๎Ž๎‰๎Žช๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎‰๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎ณ๎€ƒ๎‹ด๎ก๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎ณ๎€ƒ๎™‡๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ธ๎จ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎‰๎๎‹ด๎ฎ๎‹ด๎Ž˜๎‹ด๎“๏€จ d. Surat al Alaq ayat 18 pada kata ๎€ƒ๎‹ต๎‰๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎ง ๏๎€ƒ๎‹ต๎‰๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎จ๎‹ด๎Žณ๎€ƒ๎™ˆ๎‹ด๎Ž”๎‹ด๎ด๎‹ถ๎ง๎ŽŽ๎‹ด๎Ž‘๎‰๎Žฐ๎Ÿ๎Ž ๏€จ Menurut Al Farmฤwฤซ, dibuangnya huruf waw pada keempat kata kerja mempunyai rahasia tersendiri sebagai tanbฤซh peringatan dari cepatnya terjadi pekerjaan tersebut dan memberi kemudahan kepada si pelaku serta kuatnya penerimaan orang yang terkena dampak dalam keberadaannya Al Farmฤwฤซ, 2004 184. 4 Ada perbedaan pendapat dari ulama yang sebagian menulis huruf waw dan yang lainnya tidak. Pertama, huruf waw dibuang jika huruf waw tersebut menunjukkan jamak dalam ayat 67 surat al-Taubah ๏๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎˜๎‹ถ๎Žด๎”ป๎”๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ต๎ซ๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎˜๎‹ถ๎”๎”ป๎จ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‰๎ฅ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎™†๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ด๎ด๎‹ถ๎Žด๎‹ด๎จ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ด๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎Ž๎ฎ๎‹ต๎Žด๎‹ด๎ง๏€จ dan pada surat al Hasyr ayat 19 ๏๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎˜๎‹ถ๎Žด๎”ป๎”๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ต๎ซ๎€ƒ๎‹ด๎š๎ตœ๎”ฉ๎™“๎”ป๎Ÿ๎ญ๎‹ต๎Ž๎€ƒ๎™†๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ด๎Žด๎‹ต๎”๎‹ธ๎ง๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎”ฉ๎”ป๎Žด๎‹ธ๎ง๎‹ด๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ด๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎Ž๎ฎ๎‹ต๎Žด๎‹ด๎ง๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎›๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ง๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎œ๎‹ด๎Ž—๎€ƒ ๎‹ด๎ป๎‹ด๎ญ๏€จ Berdasarkan pendapat Ibn al Anbฤrฤซ dari al Farrฤ` bahwa huruf waw pada kata ๎Ž๎ฎ๎‹ต๎Žด๎‹ด๎ง pada kedua ayat tersebut dibuang dalam mushhaf namun kita dapati dalam mushhaf- mushhaf kita huruf wawnya ditulis. Kedua, Firman Allah dalam surat al Tahrฤซm ayat 4 ๏๎€ƒ๎‹ด๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‰๎ฅ๎‹ถ๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎€ƒ๎‹ฒ๎Žฎ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ฌ๎‹ด๎…๎€ƒ๎‹ด๎š๎‹ถ๎Ÿ๎”ป๎Žซ๎€ƒ๎‹ด๎Žช๎‹ธ๎Œ๎‹ด๎Ž‘๎€ƒ๎‹ต๎Ž”๎‹ด๎œ๎ตœ๎”ฉ๎™“๎”ป๎ ๎‹ด๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž ๎‹ด๎ญ๎€ƒ ๎™‰๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎จ๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎Žข๎‹ถ๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎Žป๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ต๎ž๎‹ธ๎ณ ๎‹ถ๎Žฎ๎‹ธ๎Ž’ ๎‹ถ๎ŽŸ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ต๎ช๎”ฉ๎”ป๎Ÿ๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎ฃ๎€ƒ ๎‹ด๎ฎ๎‹ต๎ซ๏€จ Huruf waw pada kata ๎€ƒ๎‹ต๎Žข๎‹ถ๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎Žป dibuang, asal kata ๎€ƒ๎‹ต๎Žค๎‹ถ๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎Žป๎Ž๎ฎ yang merupakan jamaโ€™ muzakkar sฤlim. Sebagian ulama berpendapat bahwasanya mufrad bermakna jamak. Maka tidak ada penghapusan huruf waw. Ini dapat dipahami dari perkataan ahli ilmu Maโ€™ฤnฤซ dan sebagian mufassir bahwa ada waw jamaโ€™ di tempat-tempat yang lain. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Qamar ayat 27 ๏๎€ƒ๎‹ด๎—๎ŽŽ๎‰๎จ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎Ž๎ฎ๎‹ต๎ ๎‹ถ๎Žณ๎‹ธ๎Žฎ๎‹ต๎ฃ๎€ƒ๎ŽŽ๎‰๎ง๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎Žฎ๎‹ถ๎Ž’๎‹ด๎„๎‹ธ๎Žป๎Ž ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ธ๎Ž’๎‹ถ๎˜๎‹ด๎Ž—๎‹ธ๎Žญ๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‰๎Ÿ๎€ƒ๎‹ฑ๎Ž”๎‹ด๎จ๎‹ธ๎Ž˜๎‹ถ๎“๎€ƒ๎‹ถ๎Ž”๏€จ Huruf waw pada kata ๎Ž๎ฎ๎‹ต๎ ๎‹ถ๎Žณ๎‹ธ๎Žฎ๎‹ต๎ฃ tetap ditulis walaupun waw tersebut dalam bentuk jama` Al Hamad, 2012 116. d. Membuang huruf lฤm Huruf lฤm dihilangkan apabila berkumpulnya dua buah huruf lฤm secara berdampingan. Baik karena banyak terdapat dalam al-Qur`an atau tidak dan juga karena berkumpulnya dua bunyi yang sama dalam kata-kata tersebut. Apabila ๎๎Ž yang berfungsi sebagai maโ€™rifah benda yang dikenal pada kata pertama huruf lฤm maka kedua huruf lฤm tersebut ditulis. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah ayat 159 ๏๎€ƒ๎™ˆ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎จ๎‹ถ๎Œ๎ต–๎ ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ต๎จ๎‹ด๎Œ๎‹ธ๎ ๎‹ด๎ณ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ต๎ต–๏€ƒ๎€ƒ๎‹ต๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ต๎จ๎‹ด๎Œ๎‹ธ๎ ๎‹ด๎ณ๎€ƒ๎‹ด๎š๎ตœ๎”ฉ๎™“๎”ป๎Ÿ๎ญ๎‹ต๎Ž๏€จ Kedua huruf lฤm pada kata ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎จ๎‹ถ๎Œ๎ต–๎ ๎Ÿ๎Ž tetap ditulis karena fungsinya sebagai maโ€™rifah. Sementara kata ๎€ƒ๎€ƒ๎‹ต๎ž๎‹ธ๎ด๎‰๎Ÿ๎‹ด๎Ždan huruf lฤm yang terletak di awal isim maushลซl yang terletak dimana Misnawati Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ 94 saja hanya ditulis dengan satu huruf lฤm. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat al Baqarah 274 ๏๎€ƒ๎‹ด๎ญ๎€ƒ ๎™‰๎‹ธ๎ข๎‹ถ๎ฌ๎‹ถ๎‹ท๎Ž‘๎‹ด๎Žญ๎€ƒ๎‹ด๎Žช๎‹ธ๎จ๎‹ถ๎‹๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ซ๎‹ต๎Žฎ๎‹ธ๎ŽŸ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ด๎ ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ฑ๎Ž”๎‹ด๎ด๎‹ถ๎ง๎‹ด๎ผ๎‹ด๎‹๎‰๎ญ๎€ƒ๎Ž ๎Œ’๎Žฎ๎‹ถ๎Žณ๎€ƒ ๎‹ถ๎Žญ๎ŽŽ๎‹ด๎ฌ๎‰๎จ๎Ÿ๎Ž ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ถ๎ž๎‹ธ๎ด๎‰๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ถ๎Ž‘๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‹ด๎Ÿ๎Ž ๎‹ด๎ฎ๎‹ธ๎ฃ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎˜๎‹ถ๎”๎‹ธ๎จ๎‹ต๎ณ๎€ƒ ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ถ๎ฌ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ ๎‹ฒ๎‘๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎Žง๎€ƒ ๎‹ด๎ป๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ง๎‹ด๎Žฐ๎‹ธ๎Žค๎‹ด๎ณ๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ซ๎€ƒ ๎‹ด๎ป๎‹ด๎ญ๏€จ Dibuangnya salah satu huruf lฤm pada kata ๎€ƒ๎‹ต๎ž๎‹ธ๎ด๎‰๎Ÿ๎‹ด๎Ž dan isim maushลซl karena kata-kata tersebut banyak terdapat dalam al-Qur`an yang bertujuan untuk ikhtisฤr singkat. Dan menurut pendapat yang paling kuat huruf lฤm yang dibuang tersebut adalah huruf asli untuk menghindari terjadinya pemisahan lฤm maโ€™rifah dari alif washal hamzah washal Al Qฤshih, 1949 85, Al Dฤnฤซ, 1932 72. Namun pada rasm imlฤ`i kata-kata tersebut ditulis dengan dua buah huruf lฤm. Ibnu Watsฤซq berkata โ€œSebagian mereka menyebutkan bahwa kata ๎€ƒ๎‹ด๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ณ dalam bentuk tatsniah dan kata ๎€ƒ๎‹ธ๎ฑ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎Ž apabila dalam keadaan manshลซb atau majrลซr maka kedua huruf lฤm ditulis, sedangkan apabila dalam keadaan marfลซโ€™ hanya ditulis dengan satu lฤm. Dan itulah yang pertama sekali maโ€™ruf dalam tulisan mushhafโ€ Al Hamad, 117. d. Membuang huruf nลซnDalam rasm Utsmฤnฤซ, huruf nลซn dibuang pada kata karena 1 Untuk memberi keringanan. Contohnya seperti yang terdapat dalam surat Yusuf ayat 110 ๏๎€ƒ๎™ˆ๎ŽŽ๎‹ด๎ง๎‹ต๎Žฎ๎‹ธ๎Žผ๎‹ด๎ง๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ซ๎‹ด๎‹ฏ๎™“๎ŽŽ๎‹ด๎ŽŸ๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ž‘๎‹ถ๎Žฌ๎‹ต๎›๎€ƒ๎‹ธ๎Žช๎‹ด๎—๎€ƒ๎‹ธ๎ข๎‹ต๎ฌ๎‰๎ง๎‹ด๎Ž๎€ƒ๎Ž ๎”ธ๎‹ธ๎ฎ๎Š๎จ๎‹ด๎…๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎‹ต๎ž๎‹ต๎Žณ๎Š๎Žฎ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ ๎‹ด๎Žฒ๎ต—๎‹ฐ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žณ๎Ž๎€ƒ๎Ž๎‹ด๎Žซ๎‹ถ๎Ž๎€ƒ๎ฐ๎”ธ๎ต–๎Ž˜๎‹ด๎Žฃ๎€ƒ๎€ƒ ๎‹ด๎ป๎‹ด๎ญ๎™†๎€ƒ๎‹ต๎‹ฏ๎™“๎ŽŽ๎‹ด๎Žธ๎‰๎ง๎€ƒ ๎‹ธ๎ฆ๎‹ด๎ฃ๎€ƒ๎‹ด๎ฒ๎‹ถ๎‹ท๎Ž ๎‹ต๎จ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎ฃ๎‹ถ๎Žฎ๎‹ธ๎Ž ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎ก๎‹ธ๎ฎ๎‹ด๎˜๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎ฆ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ต๎Žณ๎‹ธ๎Ž„๎‹ด๎Ž‘๎€ƒ๎Š๎Žฉ๎‹ด๎Žฎ๎‹ต๎ณ๏€จ Huruf nลซn yang terletak sebelum huruf jฤซm pada kata ๎€ƒ๎‹ด๎ฒ๎‹ถ๎‹ท๎Ž ๎‹ต๎ง dibuang untuk meringankan takhfฤซf dan juga karena bisa dibaca dengan dua qira`at. Ibnu ฤ€mir, Yaโ€™qลซb, dan ฤ€shim membaca kata ๎€ƒ๎‹ด๎ฒ๎‹ถ๎‹ท๎Ž ๎‹ต๎ง dengan satu buah huruf nลซn yang dhammah, huruf jฤซm yang bertasydฤซd dan huruf bฤ` yang fathah. Sementara selain mereka membaca dengan dua buah huruf nลซn di mana huruf yang kedua mati atau sukun, takhfฤซf huruf jฤซm dan yฤ` sebagaimana yang terdapat dalam surat al Anbiyฤ` ayat 88 ๏๎€ƒ๎™ˆ๎ฎฎ๎ช๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ธ๎Ž’๎‹ด๎Ž ๎‹ด๎Ž˜๎‹ธ๎Žณ๎ŽŽ๎‹ด๎“๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎จ๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎ฐ ๎‹ถ๎Ž ๎‹ธ๎™—๎‹ฐ๎‹ต๎ง๎€ƒ๎‹ด๎š๎‹ถ๎Ÿ๎”ป๎Žฌ๎‹ด๎›๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎™†๎‹ถ๎‹ท๎ข๎‹ด๎๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ถ๎ฃ๎€ƒ๎‹ต๎ช๎”ป๎จ๎‹ธ๎ด๎‰๎Ž ๎‹ด๎ง ๎‹ด๎ญ๎€ƒ ๏€จ Sementara dalam surat Yลซnus ayat 103 ๏๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ด๎‹ถ๎จ๎‹ถ๎ฃ๎‹ธ๎ކ๎‹ต๎ค๎‹ธ๎Ÿ๎Ž๎€ƒ๎‹ถ๎Žž๎‹ธ๎จ๎‹ต๎ง๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ธ๎ด๎‹ด๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎ŽŽ๎Œ’๎˜๎‹ด๎Žฃ๎™‰๎€ƒ๎‹ด๎š๎‹ถ๎Ÿ๎”ป๎Žฌ๎‹ด๎›๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎จ๎‹ด๎ฃ๎”ป๎Ž๎€ƒ๎‹ด๎ฆ๎‹ธ๎ณ๎‹ถ๎Žฌ๎‰๎Ÿ๎Ž ๎‹ด๎ญ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎จ๎‹ด๎ ๎‹ต๎Žณ๎‹ต๎Žญ๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎‹ท๎Ž ๎‹ด๎จ๎‹ต๎ง๎€ƒ๎‰๎ข๎‹ต๎Ž›๏€จ๎€ƒ Huruf nลซnnya pada kata ๎€ƒ๎‹ธ๎ฒ๎‹ถ๎‹ท๎Ž ๎‹ด๎จ๎‹ต๎ง tetap ditulis dan tidak ada perbedaan qira`at. 2 Untuk tujuan idgham. Firman Allah dalam surat Yลซsuf ayat 11 ๏๎€ƒ๎ฎฎ๎ช๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎ŽŽ๎‰๎ง๎‹ถ๎Ž๎‹ด๎ญ๎€ƒ ๎‹ด๎’๎‹ต๎Žณ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎ณ๎€ƒ๎ฐ๎”ป๎ ๎‹ด๎‹๎€ƒ๎ŽŽ๎™š๎‰๎จ๎‹ด๎ฃ๎‹ธ๎Ž„๎‹ด๎Ž—๎€ƒ ๎‹ด๎ป๎€ƒ๎‹ด๎š๎‹ด๎Ÿ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ฃ๎€ƒ๎ŽŽ๎‹ด๎ง๎ŽŽ๎‹ด๎Ž‘๎‹ด๎ŽŽ๎”ธ๎”ป๎ณ๎€ƒ๎Ž ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Ÿ๎ŽŽ๎‹ด๎—๎€ƒ๎€ƒ๎‹ด๎ฅ๎‹ธ๎ฎ๎‹ต๎Žค๎‹ถ๎Žผ๎”ป๎จ๎‹ด๎Ÿ๏€จ Banyak mushaf sepakat untuk menulis dengan satu buah huruf nลซn pada kata ๎ŽŽ๎™š๎‰๎จ๎‹ด๎ฃ๎‹ธ๎Ž„๎‹ด๎Ž—๎€ƒ ๎‹ด๎ป karena untuk alasan sebagai lafadh idgham yang benar. Abลซ Jaโ€™far membaca dengan mengidghamkan huruf nลซn tersebut tanpa ada isyarat kepada dhammah Al Farmฤwฤซ, 2004 187 dan Al Hamad, 2012 117-118. Dengan demikian dibuangnya huruf nลซn idalam rasm Utsmฤnฤซ adakalanya karena tujuan untuk memberi keringanan dalam membaca al-Qur`an dan adakalanya dengan cara mengidghamkan huruf pertama kepada huruf kedua karena huruf keduanya sama. JURNAL ILMIAH AL MUโ€™ASHIRAH Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 18, No. 1, Januari 2021 95 C. Kesimpulan Dari uraian di atas jelaslah bahwa rasm Utsmฤnฤซ atau dikenal juga dengan rasm al-muั•haf merupakan pola penulisan al-Qur`an yang mempunyai karakter spesifik yang disetujui oleh Utsmฤn bin Affฤn pada masa kekhalifahannya. Tugas tersebut dipercayakan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Saโ€™id bin al-Ash dan Abdullah bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam. Ulama berbeda pendapat tentang wajib dan tidaknya mengikuti rasm Utsmฤnฤซ. Dalam hal ini ada tiga pendapat pertama, rasm Utsmฤnฤซ merupakan sesuatu yang tauqฤซfฤซ dan wajib diikuti oleh semua kaum muslimin serta tidak boleh menyalahinya. Kedua, rasm Utsmฤnฤซ bukanlah bersifat tauqฤซfฤซ namun hanya berupa ijtihad, tetapi tetap wajib mengikutinya karena memang merupakan kesepakatan bersama yang disetujui oleh khalifah Utsmฤn bin Affฤn yang harus diikuti dan juga tidak boleh menyalahinya. Ketiga, rasm Utsmฤnฤซ bukanlah tauqฤซfฤซ sehingga boleh saja menyalahinya kalua memang ada kesepakatan menggunakan model tulisan lainnya yang berbeda dengan rasm Utsmฤnฤซ. Dalam rasm Utsmฤnฤซ dikenal kaidah al hazf. Dalam rasm ini ada beberapa huruf yang dibuang yaitu huruf alif, yฤ`, waw, lฤm, dan nลซn. Masing- masing huruf tersebut mempunyai ketentuan tersendiri dalam penghapusannya, yang semuanya bisa dilihat penulisannya dalam ayat- ayat al Qur`an Misnawati Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmฤnฤซ 96 Daftar Pustaka Al Dฤnฤซ, Utsmฤn ibn Saโ€™ฤซd ibn Utsmฤn ibn Umar Abลซ Amru. tt. Al Muqniโ€™ fฤซ Rasm Mashฤhif al Amshฤr. Editor Muhammad al Shฤdiq Qamhฤwฤซ. Cairo Maktabah al Kulliyyฤt a Azhariyyah. Al Dlabbฤโ€™, Alฤซ Muhammad. tt. Samฤซr al Thฤlibฤซn fฤซ Rasm wa Dlabth al Kitฤb al Mubฤซn. Mesir tp. Al Farmฤwฤซ. Abd al Hayy Husain. 2004. Rasm al Mushhaf wa Naqthuhu. Cet. 1. Makkah al Mukarramah Al Maktabah al Makkiyyah dan Dฤr Nลซr al Maktabฤt. Al Hamad. Ghฤnim Qaddลซrฤซ. 2012. Al Muyassar fฤซ Ilm rasm al Mushhaf wa Dlabthihu. Jiddah Markaz al Dirฤsiyyฤt wa al Maโ€™lลซmฤt al Qur`ฤniyyah. Al Qaththฤn,Mannฤโ€™. 2000. Mabฤhiยฃ fฤซ Ulลซm al Qur`ฤn. Cet. 3. Maktabah al Maโ€™ฤrif li al Nasyr wa al tawzฤซโ€™. Al Sฤlih, Subhฤซ. 2005. Mabฤhits fฤซ Ulลซm al Qur`ฤn. Cet. 26. Beirลซt Dฤr al Ilm li al Malฤyฤซn. Al-Hamidy, Abd Qadir Umar Usman. 2018.โ€œPenulisan al-Quran dengan Rasm Uthmani di antara Tawqif dan Ijtihadโ€dalam Journal of Maโ€™alim al-Quran wa al-Sunnah. Vol. 14. No. 2. Anwar, Rosihan. 2013. Ulum al Quran. Cet. V. Bandung Pustaka Setia. Fathul Amin. 2020. โ€œKaidah Rasm Utsmani Dalam Mushaf Al-Qurโ€™an Indonesia Sebagai Sumber Belajar Baca Tulis Al-Qurโ€™anโ€ dalam jurnal Tadris. Volume 14. No. 1. 2020. Febrianingsih, Dian.โ€ Sejarah Perkembangan Rasm Utsmaniโ€. Jurnal Al Murabbi. Volume 2, Nomor 2, Januari 2016. Ibn al Qฤshih, Abลซ al Baqฤ` Alฤซ ibn Utsmฤn ibn Muhammad. 1949. Syarh Talkhฤซsh al Fawฤ`id wa Taqrฤซbu al Mutabฤโ€™id. Cet. I. Mesir Syirkah Maktabah wa Mathbaโ€™ah Mushthafฤ al Bฤbฤ al Halbฤซ wa Aulฤdihi. Ibn Mandlลซr, Muhammad bin Mukrim al Afrฤซqฤซ al Mishrฤซ. tt. Lisฤn al 'Arab. Cet. 1. Beirลซt Dฤr Sฤdir, tt. Ismฤโ€™ฤซl, Syaโ€™bฤn Muhammad. 2012. Rasm al Mushhaf wa Dlabthuhu Baina al Tawqฤซfi wa Al Ishthilฤhฤt al Hadฤซtsah. Cet. III. Cairo Dฤr al Salฤm li al Thabฤโ€™ah wa al Nasyr wa al Tawzฤซโ€™ wa al Tarjamah. Lรขsyain Mรปsรข Syรขhain. 2002. Al ร‚liโ€™u Al Hisรขn fรฎ `Ulรปm Al-Qurโ€™รขn. Al Qรขhirah Dรขr Al- Syurรปq. Madzkur, Zaenal Arifin. 2011. โ€œUrgensi Rasm Utsmani; Potret Sejarah dan Hukum Penulisan Al-Qurโ€™an dengan Rasm Utsmaniโ€ dalam Jurnal Khatulistiwa โ€“ Journal of Islamic Studies, Volume 1 Nomor 1 Maret. Mohammad Ikram bin Mohd Nor dan Mohd Faizul amri bin Mohd Saad. 2011. โ€œAl-Hazf dalam Rasm Uthmani Kesan dalam Pentafsiranโ€ dalam Jurnal al-Turath. Vol. 2. No. 2. Muั•แนญafฤ, Ibrahฤซm. dkk, tt. Al Mu'jam al wasฤซแนญ. Editor Majma' al Lugah al 'Arabiyyah. Dฤr al Da'wah. Shamsuddin, Sofiah. 2006. Al- Madkhal ilฤ Dirฤsah `Ulลซm al- Qur'ฤn. Cet. I. Malaysia Markaz al- Buแธซลซth al- Jฤmi`ah al Islamiyyah al- `ฤ€lamiyyah bi Mฤlฤซziฤ. Ibnu Rawandhy N. HulaAmrah KasimThis study examines the six rules and their uniqueness in the writing of the Qur'an, which consists of the following rules 1 al-Hazf, 2 al-Ziyadah, 3 al-Ibdal, 4 al-Hamazat, 5 al-Wasl and al-Fasl, dan 6 Fihi Qiraโ€™atani wa Kutiba ala Ihdahuma. The method used is library research, through descriptive analysis techniques, by identifying, classifying, tabulating, analyzing, and describing. The results showed that 1 al-Qawaid al-Sittah has six basic principles in the science of writing and copying letters, words, and their diacritical marks in manuscripts. These six rules have various passages in some of their orthography; namely a alif, ya, waw, lam, nun, on al-hazf, b alif, ya and waw on al-ziyadah, c alif derive from ya, alif derive from waw and alif whose origin is unknown on rules al-ibdal, d according to the rule of al-wasl and fasl, each of them has 17 agreed on words, they are disputed and even excluded, e in the hamazat rule, the location of a letter affects the form of writing, such as hamzah at the beginning, in the middle, at the end of the word f Rasm is also influenced by qira'at and can choose one of them in writing it. 2 The differences in writing are dominated by reasons, references, and writing patterns which generally refer to the madhzab with their respective references, namely 1 Al-Dani with the book al-muqni and 2 Abu Dawud with the book al-tabyin, or madhzab other than the two. 3 In the aspect of exception mustasnayat and its uniqueness, it can be seen in the aspect of al-Iqtisar, whose writing patterns are diverse and cannot be AminRasm utsmani adalah jenis tulisan Al-Qurโ€™an yang secara khusus diatur oleh Usman bin Affan pada masanya berdasarkan pelafalan qira'ah Al-Qur'an yang berbeda. Hingga hari ini, ada banyak pendapat tentang hukum penulisan Al-Qur'an di Rasm Utsmani. Yang pertama adalah kewajiban, karena Rasm Utsmani dikategorikan tauqifi, yang kedua tidak wajib berdasarkan pada Khat Rasm Utsmani, karena itu bukan tauqifi, yang ketiga adalah bahwa itu dapat ditulis berdasarkan peraturan arabiyyah dan sharfiyah, tetapi harus didasarkan pada Mushaf Al-Qur'an yang ditulis dalam Khat Rasm Utsmani saat dokumen disimpan. Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian ini dilakukan untuk memeriksa dan menggambarkan konsep Rasm Utsmani dalam Mushaf al-qur'an. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah studi literatur. Berdasarkan hasil, penelitian ini membahas tentang sejarah, regulasi dan penulisan Al-Qur'an dalam Rasm Utsmani. Karena diskusi sering terjadi pendapat yang berbeda di antara para ulama 'misalnya dalam konteks kelayakan penulisan di mana konsep penulisan Rasm Utsmani memiliki tiga kategori yaitu kesesuaian sepenuhnya, kesesuaian pemikiran, dan kesesuaian probabilitas, sehingga tidak sepenuhnya lengkap. sama. Prinsip itu diperlukan sebagai sumber pembacaan-penulisan Al-Qur' ibn Sa'ฤซd ibn 'Utsmฤn ibn 'Umar AbลซAl DฤnฤซAl Dฤnฤซ, 'Utsmฤn ibn Sa'ฤซd ibn 'Utsmฤn ibn 'Umar Abลซ 'Amru. tt. Al Muqni' fฤซ Rasm Mashฤhif al Amshฤr. Editor Muhammad al Shฤdiq Qamhฤwฤซ. Cairo Maktabah al Kulliyyฤt a fฤซ 'Ulลซm al Qur`ฤn. Cet. 3. Maktabah al Ma'ฤrif li al Nasyr wa al tawzฤซAl QaththฤnMannฤAl Qaththฤn,Mannฤ'. 2000. Mabฤhiยฃ fฤซ 'Ulลซm al Qur`ฤn. Cet. 3. Maktabah al Ma'ฤrif li al Nasyr wa al tawzฤซ'.Mabฤhits fฤซ 'Ulลซm al Qur`ฤn. Cet. 26. Beirลซt Dฤr al 'Ilm li al MalฤyฤซnAl SฤlihSubhฤซAl Sฤlih, Subhฤซ. 2005. Mabฤhits fฤซ 'Ulลซm al Qur`ฤn. Cet. 26. Beirลซt Dฤr al 'Ilm li al al-Quran dengan Rasm Uthmani di antara Tawqif dan Ijtihad"dalam Journal of Ma'alim al-Quran wa al-SunnahAbd Al-HamidyQadir Umar UsmanAl-Hamidy, Abd Qadir Umar Usman. 2018."Penulisan al-Quran dengan Rasm Uthmani di antara Tawqif dan Ijtihad"dalam Journal of Ma'alim al-Quran wa al-Sunnah. Vol. 14. No. Perkembangan Rasm UtsmaniDian FebrianingsihFebrianingsih, Dian." Sejarah Perkembangan Rasm Utsmani". Jurnal Al Murabbi. Volume 2, Nomor 2, Januari MadzkurArifinMadzkur, Zaenal Arifin. 2011. "Urgensi Rasm Utsmani;Mohammad Ikram bin Mohd Nor dan Mohd Faizul amri bin Mohd SaadMohammad Ikram bin Mohd Nor dan Mohd Faizul amri bin Mohd Saad. 2011. "Al-Hazf dalam Rasm Uthmani Kesan dalam Pentafsiran" dalam Jurnal al-Turath. Vol. 2. No. 2. Analisiskeistimewaan Rasm ini bertujuan untuk mengkaji dengan lebih mendalam pentafsiran dalam kerangka mencungkil I'jaz al-Quran dari aspek penulisan Rasm Uthmani dengan mengaplikasikan ilmu Rasm Uthmani melalui enam kaedah utama. 4.1.1 Kaedah al-Hadhf Perkataan "ูŽูŽู„ุงูŽูƒูŽู† / ู„ุงุงูƒูŽูŽู†ูŽ": Perkataan "ูŽู„ุงูƒูŽูŽู† 1. Pengertian Rasm Utsmani Rasm Utsmani adalah rasm bentuk ragam tulis Yang telah diakui dan diwarisi oleh umat islam sejak masa Utsman. Dan pemeliharaan pemeliharaan rasm Utsmani merupakan jaminan kuat bagi penjagaan Al-Qurโ€™an dari prubahan dan pergantian huruf-hurufnya. Rasmul Al-Qurโ€™an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qurโ€™an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan. Istilah rasmul Qurโ€™an diartikan sebagai pola penulisan al-Qurโ€™an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qurโ€™an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Zaid bin Tsabit, Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu 1. Alโ€“Hadzf membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf. Contohnya, menghilangkan huruf alif pada yaโ€™ nidaโ€™ูŠูŽูŽูŽุขูŽ ูŠู‡ุง ุงู„ู†ุง ุณ . 2. Al โ€“ Jiyadah penambahan, seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hokum jamaโ€™ ุจู†ูˆุง ุงุณุฑุง ุฆูŠู„ dan menambah alif setelah hamzah marsumah hamzah yang terletak di atas lukisan wawu ุชุงู„ู„ู‡ ุชูุชุคุง. 3. Al โ€“ Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelumnya, contoh ุงุฆุฐู† . 4. Badal penggantian, seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata ุงู„ุตู„ูˆุฉ. 5. Washal dan fashlpenyambungan dan pemisahan,seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung ูƒู„ู…ุง . 6. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,ู…ู„ูƒ ูŠูˆู… ุงู„ุฏูŠู† . Ayt ini boleh dibaca dengan menetapkan alifyakni dibaca dua alif, boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakatyakni dibaca satu alif.[1] 2. Pengumpulan Al-Qurโ€™an pada masa Utsman Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk irak, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Huzaifah bin Al-yaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca Al-Qurโ€™an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaanya dan bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan demikian Huzaifah segera menghadap Utsman dan melaporkan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Utsman juga memberitahukan kepada Huzaifah bahwa sebagian perbedaan itupun akan terjadi pada orang-orang yang mengajarkan Qiraโ€™at kepada anak-anak. Anak-anak itu akan tumbuh sedang diantara mereka terdapat perbedaan Qiraโ€™at. Para sahabat amat memprihatinkan kenyataan ini karena takut kalau perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran pertamayang ada pada abu bakar dan menyatukan umat islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan yang tetap dengan satu huruf. Utsman kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah untuk meminjamkan mushaf Abu Bakar yang ada padanya dan hafsah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya. Kemudian Utsman memanggil Zaid bin Sabit al-Ansari, Abdullah bin Zubair, Saโ€™id bin As, dan Abdurrahman bin Haris bin hisyam, ketiga orang terakhir ini adalah suku Quraisy, lalu memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, serta memerintahkan pula agarapa yang diperselisihkan Ziad dengan ketiga orang Quraisy itu ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Al-Qurโ€™an turun dengan logat mereka. Dari Anas โ€œbahwa Huzaifah bin Al-Yaman datang kepada Utsman dan pernah ikut berperang melawan penduduk syam. Huzaifah amat terkejut oleh perbedaan mereka dalam bacaaan. Lalu ia berkata kepada Utsman โ€œselamatkanlah umat ini sebelum mereka terlbatdalam perselisihan dalam masalah kitab sebagaimana perselisihan orang-orang yahudi dan nasrani. Utsman pu berkata kepada ketiga orang Quraisy Abdullah bin Zubair, Saโ€™id bin As, dan Abdurrahman bin Haris bin hisyam itu โ€œBila kamu berselisih pendapat denga Zaid bin Sabit tentang sesuatu dari Qurโ€™an. Maka tulislah dengan logat Quraisy, karena Al-Qurโ€™an diturunkan dalam bahasa Quraisyโ€. Mereka melaksanakan perintah itu. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi beberapa mushaf, Utsman mengembalikan lemabaran-lembaran asli itu kepada Hafsah. Selanjutnya Utsman mengirimkan kesetiap wilayah mushaf baru tersebut dan memerintahkan agar semua Al-Qurโ€™an dibakar. Keterangan ini menunjukan bahwa apa yang dilakukan Utsman itu telah disepakati oleh para sahabat. Mushaf-mushaf itu ditulis dengan satu huruf dialek dari tujuh huruf Al-qurโ€™an seperti yang diturunkan agar orang bersatu dalam satu Qiraโ€™at. Dan Utsman telah mengembalikan lembaran-lembaran yang asli kepada Hafsah, lalu dikirimkannya pula kesetiap wilayah masing-masing satu mushaf, dan ditahannya satu mushaf untuk dimedinah, yaitu mushafnya sendiri yang kemudian dikenl dengan nama โ€œMushaf Imamโ€. Penamaan mushaf imam itu sesuai dengan apa yang terdapat dalam riwayat-riwayat terdahulu dimana ia mengatakan โ€œBersatulah wahai sahabat-sahabat Muhammad, dan tulislah untuk semua orang satu imam mushaf Al-Qurโ€™an pedoman. Kemudian ia memerintahkan membakar semua bentuk lebaran atau mushaf yang selain itu. Umat pun menerima perintah itu dengan patuh, sedangkan qiraโ€™at degan enam huruf lainnya ditinggalkan . keputusan ini tidak salah sebab Qiraโ€™at dengan tujuh huruf itu semua, tentu setiap huruf harus disampaikan secara mutawattir sehingga menjadi hujjah. Tetapi mereka tidak melakukannya. Ini menunjukan bahwa Qiraโ€™at dengan tujuh huruf itu termasuk dalam kategori keringanan. Dan bahwa yang wajib ialah menyampaikan sebagai dari ketujuh huruf tersebut secara mutawattir.[2] 3. Ar-Rasmul Utsmani Setelah kita membicarakan pengumpulan Al-Qurโ€™an pada masa Utsman. Zaid bin Sabit bersama tiga orang Quraisy telah menempuh suatu metode Khusus dalam penulisan Al-Qurโ€™an yang telah disetujui oleh Utsman. Para ulama menamakan metode tersebut dengan ar-rasmul Ustmani lil mushaf, yaitu dengan dinisbahkan kepada utsman. Tetapi kemudian mereka berbeda pendapat tentang status hukumnya. 1. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasm usmani buat Al-Qurโ€™an ini bersifat taufiqi yang wajib dipakai dalam penulisan Al-Qurโ€™an, dan harus sungguh-sungguh disucikan. Mereka menisbahkan taufiqi dalam penulisan Al-Qurโ€™an ini kepada nabi. Penambahan ini sama sekali tidak bersumber dari nabi Rasulullah Saw, yang membuktikan bahwarasm itu taufiqi. Tetapi sebenarnya para penulislah yang mempergunakan istilah dan cara tersebut pada masa Utsman atas izinnya, dan bahkan Utsman telah memberikan pedoman kepada mereka. 2. Banyak ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan taufiqi dari nabi, tetapi hanya merupakan satu cara penulisan yang disetujui Utsman dan diterima umat dngan baik, sehingga menjadi suatu keharusan yang wajib dijadikan pegangan dan tidak boleh dilanggar. 3. Segolongan orang berpendapat bahwa rasm Utsmani itu hanyalah sebuah istilah, tatacara, dan tidak ada salahnya jika menyalahi bila orang telah mempergunakan satu rasm tertentu untuk imlaโ€™ dan rasm itu tersiar luas diantara mereka. Abu bakar al-Balqani menyebutkan dalam kitabnya al-intisar โ€œtidak ada yang diwajibkan oleh Allah mengenai cara atau bentuk penulisan mushaf. Karena itu para penulis Al-Qurโ€™an dan mushaf tidak diharuskan menggunakan rasm tertentu yang diwajibkan kepada mereka sehingga tidak boleh cara lain, hal ini mengingat kewajibansemacam ini hanya dapat diketahui melalui pendengaran dalil samโ€™iy dan taufiqi[3] 4. Perbaikan Rasm Utsmani Mushaf Utsmani tidak memakai tanda baca titik dan syakal, karena semata-mata didasarkanpada watak pembawaan orang-orang arab yang masih murni, sehingga mereka tidak memerlukan syakal dengan harkat dan pemberian titik. Ketika bahasa arab mulai mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran dengan bahasa non arab, maka para penguasa merasa pentingnnya ada perbaikan penulisan mushaf dengan syakal, titik dan lain-lain yangdapat membantu pembacaan yang benar. Para ulama berbeda pendapat tentang usaha pertama yang dicurahkan untuk hal ulama berpendapat bahwa orang pertama yang melakukan hal itu adalah Abul Aswad ad-Duโ€™ali, peletak pertama dasar-dasar kaidah bahasa arab, atas permintaan Ali bin Abi Thalib. Perbaikan rasm mushaf itu berjalan secara bertahap. Pada mulanya syakal berupa titik fathah berupa satu titik diatas awal huruf, dammah berupa satu titik diatas akhir huruf dan kasrah berupa satu titik dibawah awal huruf. Kemudian terjadi perubahan penentuuan harkat yang berasal dari huruf, dan itulah yang dilakukan oleh al-Khalil. Perubahan itu ialah fathah adalah dengan tanda sempang di atas huruf, kasrah berupa tanda sempang dibawah huruf, dammah dengan wawu kecil diatas huruf dan tanwin dengan tamabahan tanda serupa. Alif yang dihilangkan dan diganti, pada tempatnya dituliskan dengan warna merah. Hamzah yang dihilangkan dituliskan berupa hamzah dengan warna merah tanpa huruf. Pada โ€œnunโ€ dan โ€œtanwinโ€ sebelum huruf โ€œbaโ€ diberi tanda iqlab berwarna merah. Sedang nun dan tanwin sebelum huruf tekak diberi tanda sukun dengan warna merah. Nun dan tanwin tidak diberi tanda apa-apa ketika idgham dan ikhfa. Setiap huruf yang dibaca sukun mati diberi tanda sukun dan huruf yang di idghamkan tidak diberi tanda sukun tetapi huruf yang sesudahnya diberi tanda syaddah, kecuali huruf โ€œthaโ€ sebelum โ€œtaโ€ makan suku tetap dituliskan. Kemudian pada abad ketiga hijriah terjadi perbaikan dan penyempurnaan rasm mushaf. Dan orangpun berlomb-lomba memilih bentuk tulisan yang baik dan menemukan tanda-tanda yang khas. Mereka memberikan untuk huruf yang disyaddah sebuah tanda seperti busur. Sedang untuk alif wasal diberi lekuk diatasnya, dibawahnya atau ditengahnya sesuai dengan harkat sebelumnya fathah, kasrah, atau dammah. Para ulama pada mulanya tidak menyukai usaha perbaikan tersebut karena khawatir akan terjadi penembahan dalam Al-Qurโ€™an, berdasarkan ucapan ibnu masโ€™ud โ€œBersihkanlah Al-Qurโ€™an dan jangan dicampuradukan dengan apapun. Kemudian akhirnya hal itu sampai kepada hukum boleh dan bahkan anjuran. Diriwayatkan oleh ibnu abu Daud dari al-Hasan dan ibnu sirin bahwa keduanya mengatakan โ€œTidak ada salahnya memberikan titik pada mushafโ€. Dan diriwayatkan pula oleh Rabiโ€™ah bin Abi Abdurrahman mengatakan โ€œTidak mengapa memberi syakal pada mushaf โ€œ. An-Nawawi mengatakan โ€œpemberian titik dan penyakalan mushaf itu dianjurkan mustahab, karena ia dapat menjaga mushaf dari kesalahan dan penyimpangan. Perhatian untuk menyempurnakan rasm mushaf kini telah mencapai puncaknya dalam bentuk tulisan arab al-khattul arabiy. Kesimpulan Rasm Al-qurโ€™an adalah tata cara penulisan Al-qurโ€™an, yang biasa disebut juga dengan rasm Utsmani. Status hokum Rasm Al-qurโ€™an masih diperselisihkan dalam tiga hal apakah tauqifi, bukan tauqifi atau ishtilahi. Rasm Utsmani memiliki fungsi yang sangat besar dalam menyatukan umat Islam. Pada awalnya rasm Utsmani tidak memiliki tanda baca tapi kemudian di tambahi dan disempurnakan. Hubungan antara rasmul qurโ€™an dan qiraโ€™ah sangat erat sekali Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-qurโ€™ yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qiraโ€™at. Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qurโ€™an. โ—ฆโ—ฆโ—ฆโ—ฆโ—ฆ
PengertianRasm Al Qur'an dan Sejarah Mushaf Utsmani - EDUKASI. Rasm dalam bahasa arab memiliki arti menggambarkan, menulis , membekas, dan sebagainya. sedangkan menurut istilah ilmu rasm Al-qur`an adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang lafadz-lafadz maupun huruf-huruf yang ada didalam Al- qur`an. Dalam konteks pemeliharaan , yang dimaksud
CONTOH 6 KAIDAH RASM UTSMANI SINGKAT Seringkali kita mendengar istilah Rasm Utsmani saat berhadapan dengan mushaf Al-Quran. Tahukah Anda bahwa Rasm Utsmani secara singkat adalah metode penulisan Al-Quran. Dan rasm utsmani memiliki disiplin ilmu tersendiri. Ilmu Rasm Utsmani akhir-akhir ini semakin mendapat perhatian. Terutama banyak percetakan mushaf al-Quran yang menambahkan embel-embel "bi Rasm Utsmani" dengan Rasm Utsmani di sampulnya. Apa sebenarnya maksud dan fungsi dari Rasm Utsmani? Jawabannya akan dibuatkan artikel tersendiri. Pada artikel kali ini, penulis secara singkat ingin memperkenalkan 6 kaidah rumus umum yang terdapat dalam ilmu Rasm Utsmani. 1. Hadzf Kaidah Al-Hadzf ุงู„ู’ุญูŽุฐู’ูู adalah kaidah yang membuang huruf. Di dalam penulisan al-Quran terdapat beberapa huruf yang dibuang dengan mengikuti kaidah hadzf. Adapun huruf-huruf yang dibuang ada 5 yaitu alif, wawu, ya', lam, dan nun. Contoh alif yang dibuang Contoh wawu yang dibuang ู„ู‘ูŽุง ูŠูŽุณู’ุชูŽูˆูู†ูŽ - ู„ู‘ูŽุง ูŠูŽุณู’ุชูŽูˆููˆู†ูŽ Contoh ya' yang dibuang ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ููŠูŽุนู’ุจูุฏููˆู†ู - ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ููŠูŽุนู’ุจูุฏููˆู†ููŠ Contoh lam yang dibuang Contoh nun yang dibuang 2. Ziyadah Kaidah yang kedua adalah Az-Ziyadah ุงู„ู’ุฒู‘ููŠูŽุงุฏูŽุฉ. Yang dimaksud dengan ziyadah adalah menambahkan huruf. Adapun huruf yang ditambah bisa berupa alif, wawu, dan ya'. Berikut masing-masing contohnya Contoh alif tambahan ู„ูŽู† ู†ู‘ูŽุฏู’ุนููˆูŽ - ู„ูŽู† ู†ู‘ูŽุฏู’ุนููˆูŽุง Contoh wawu tambahan Contoh ya' tambahan 3. Hamzah Penulisan hamzah juga memiliki kaidah tersendiri dalam Rasm Utsmani. Setidaknya penulisan hamzah terbagi menjadi 4 bentuk yaitu alif, wawu, ya', dan tanpa bentuk. Berikut masing-masing contohnya Hamzah berbentuk alif Hamzah berbentuk wawu Hamzah berbentuk ya' Hamzah tidak berbentuk diberi tanda baca kepala ain 4. Badal Yang dimaksud dengan badal ุงู„ู’ุจูŽุฏู’ู„ู adalah mengganti huruf. Salah satu contoh kaidah badal adalah mengganti alif dengan wawu, mengganti nun taukid dengan alif, dan lain-lain. Adapun contohnya adalah Mengganti alif dengan wawuุตูŽู„ูŽุงุฉ - ุตูŽู„ูŽูˆุฉ Mengganti nun taukid dengan alifุฅูุฐูŽู†ู’ - ุฅูุฐู‹ุง 5. Washl wa Fashl Kaidah Washl dan Fashl adalah mengenai cara penulisan disambung atau terpisah. Terdapat beberapa kata yang kadang disambung dan kadang dipisah. Berikut contoh-contohnyaู…ูู†ู’ ู…ูŽุง โ€“ ู…ูู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู…ู’ ู…ูŽู†ู’ โ€“ ุฃูŽู…ู‘ูŽู†ู’ ุจูุฆู’ุณูŽู…ูŽุง 6. Lafaz Yang memiliki 2 qiraat Kaidah terakhir adalah apabila sebuah kata lafaz memiliki lebih dari satu macam bacaan maka dipilih yang masyhur atau dipilih salah satunya. Adapun salah satu contohnya adalah sebagai berikutู…ูŽู„ููƒู Kata di atas terdapat dalam QS Al-Fatihah ayat 4 dan memiliki 2 model bacaan yaitu bisa ู…ูŽู„ููƒู dan ู…ูŽุงู„ููƒู maka dipilih salah satu yaitu kata ู…ูŽู„ููƒู karena secara rasm masih bisa mewakili keduanya.
SedangkanRasm Isthilahi adalah kaidah penulisan yang hanya ada pada Mushaf al-Qur'an, dikenal juga dengan Rasm Utsmani, disandarkan kepada Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu atas gagasan beliau dalam pembukuan al-Qur'an. Pada dasarnya Rasm Utsmani ini berkesesuaian dengan Rasm Qiyasi, hanya saja dalam beberapa hal terdapat perbedaan, dan itu tidak banyak.
Oleh Zainal Arifin Madzkur, Peneliti dan Pentashih di LPMQ Balitbang dan Diklat Kementerian Agama Pada 28 September 2018 Harian Republika cetak dan daring menulis pemberitaan hasil Mukernas Ulama Alquran yang dihelat di Bogor pada 25-27 September 2018 dengan judul Ulama Sepakati Perubahan 186 Kata dalam Alquran'. Beberapa saat setelah berita itu menyebar, para pembaca berita dan warganet gaduh dengan judul yang dinilai provokatif. Melihat kegaduhan di dunia maya, Harian Republika versi daring meralat judul pemberitaannya dengan menambahkan kata penulisanโ€™, sehingga berubah menjadi Ulama Sepakati Perubahan Penulisan 186 Kata dalam Alquran'. Bahkan, Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran LPMQ juga mengeluarkan siaran pers dengan Nomor B-1774/ tentang Perubahan Penulisan Rasm 186 Kata dalam Mushaf Alquran Indonesia. Munculnya kegaduhan itu menurut hemat penulis dipicu dua problem sangat mendasar, yakni minimnya pengetahuan masyarakat tentang sejarah Mushaf Alquran Standar Indonesia dan terbatasnya pembahasan ilmu rasm Utsmani di Indonesia. Untuk itu, tulisan ini diharapkan dapat memberikan pengantar lebih objektif dalam mendudukkan Alquran sebagai mushaf dan rasm Utsmani yang menjadi landasan penulisannya di dunia Islam. Mushaf Alquran Standar Indonesia adalah mushaf Alquran yang dibakukan cara penulisannya rasm, harakat, tanda baca, dan tanda wakafnya berdasarkan hasil Musyawarah Kerja Muker Ulama Alquran I sampai IX 1974 sampai 1983 dan dijadikan pedoman penerbitan mushaf Alquran di Indonesia. Sebagaimana diketahui, mushaf-mushaf yang beredar di Indonesia pada 1970-an didominasi mushaf model Bombay. Mushaf itulah yang pada muker ulama Alquran, berlangsung sembilan tahun, banyak dijadikan pijakan. Yakni, pijakan untuk menyusun rumusan cara penulisan, harakat, tanda baca, dan tanda wakaf yang pada Muker IX/1983 ditetapkan dalam format baru, diberi nama, Mushaf Alquran Standar Indonesia atau Mushaf Standar Indonesia. Semua huruf yang dibaca, ditulis lengkap dengan harakat, sebaliknya yang tidak dibaca akan dihilangkan baris harakatnya. Pun demikian, tentang tanda-tanda wakaf yang tadinya mengenal adanya 12 tanda wakaf. Maka itu, dalam Mushaf Standar Indonesia yang disahkan menteri agama melalui KMA Nomor 25/1984 disederhanakan menjadi tujuh. Dalam sejarah perkembangan Alquran di Indonesia, kehadiran Mushaf Standar Indonesia dinilai cukup efektif dalam menyeragamkan semua cetakan dan penerbitan Alquran. Persoalan perbedaan penulisan, harakat, tanda baca, dan tanda wakaf nyaris tidak terulang. Bahkan, LPMQ yang berdiri sejak tahun 1957 pun dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam banyak hal semakin dimudahkan. Di sisi lain, LPMQ yang tadinya tim ad hoc sejak 2007 telah menjadi satuan kerja tersendiri. Upaya penelitian dan pengembangan terkait isu kealquranan juga sudah menjadi bahan kajian khusus, selain tugas dan fungsinya untuk mengeluarkan surat tanda tashih bagi setiap mushaf Alquran yang diterbitkan di Indonesia. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Karenanya, penulisan Al-Qur'an dapat ditulis dengan huruf manapun yang memudahkan masyarakat awam, namun Rasm Utsmaniy tetap dianjurkan untuk loading... Rasm adalah rumusan-rumusan cara penulisan Al-Qur'an. Lalu apa yang dimaksud dengan Rasm Utsmani? Menurut Dr Zainal Arifin Madzkur, Peneliti dan Pentashih di LPMQ Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Rasm usmani adalah cara penulisan Al-Qur'an yang dibakukan pada masa Khalifah Usman bin Affan 25 H/ 646 M. Cara ini dalam beberapa hal berbeda dengan kaidah penulisan Arab konvensional. Baca Juga Tulisan Al-Qur'an sebagai disiplin ilmu berbeda dengan Al-Qur'an dalam qira'at. Oleh karena itu, riwayat penulisannya pun juga tidak tunggal. Selain dua nama Al-Dani dan Abu Dawud di atas, terdapat nama-nama penting yang menjadikan ilmu ini mandiri di luar kajian umum ulum Al-Qurโ€™ yang masih bisa dilihat sampai sekarang, antara lain Ibn Abu Dawud wafat 316 H/ 928 M menulis al-Mashahif. Al-Mahdawi wafat 430 H/ 1036 M menulis Hija' al-Mashahif al-Amshar. Al-Balansi wafat 563 H/ 1167 M menulis Al-Munsif. Al-Syatibi wafat 590 H/ 1194 M menulis 'Aqilat al-Atrab. Al-Sakhawi wafat 643 H/ 1245 M menulis Al-Wasilah, dan Qadduri, disiplin Rasm Utsmani berbeda dengan ilmu kaligrafi. Kajian Rasm Utsmani sangat terkait dengan aspek bahasa lughah, maka sebagaimana dikemukakan oleh al-Suyuthi wafat 911 H/ 1505 M, semua penulisannya pun juga terkait kaidah-kaidah kaidah ilmu rasm usmani yang masyhur, yaitu[1] membuang huruf hadhf,[2] menambahkan uruf al-ziyadah,[3] penulisan hamzah,[4] pergantian huruf al-badal,[5] kata yang disambung dan diputus penulisannya al-fasl wa al-wasl, dan[6] penulisan salah satu dari dua qiraโ€™at yang tidak bisa disatukan tulisannya ma fihi qiraโ€™atani wa kutiba ala ihdahuma.Contoh-contoh sederhana dalam enam kaidah di atas, antara lain[1] membuang huruf, misalnya; penulisan kata ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู† dalam rasm ditulis dengan tanpa alif setelah huruf ain ุงู„ุนู„ู…ูŠู†;[2] menambahkan huruf, misalnya; penulisan kata ู…ู„ุงู‚ูˆ ุฑุจู‡ู… dalam rasm ditambahkan alif setelah waw menjadi ู…ู„ุงู‚ูˆุง ุฑุจู‡ู…;3] penulisan hamzah, misalnya penulisan kata ุดุทุงู‡ dalam rasm menjadi ุดุทุฆู‡;4] pergantian huruf, misalnya penulisan kata ุงู„ุญูŠุงุฉ dalam rasm ditulis dengan pergantian alif dengan waw menjadi ุงู„ุญูŠูˆุฉ;5] kata yang disambung dan diputus penulisannya, seperti pada kata ุงู† ู„ุง dalam rasm terkadang ditulis disambung menjadi ุงู„ุง; dan[6] penulisan salah satu dari dua qiraโ€™at yang tidak bisa disatukan tulisannya, misalnya bacaan Hafs pada QS al-Baqarah/2132 yang dibaca ูˆูˆุตูŠ karena mengikuti riwayat Qalun maka ditulis menjadi ูˆุงูˆุตูŠ. Dari semua contoh tersebut bacaannya sama, hanya cara penulisan rasm-nya yang Utsmani Mushaf Al-Qurโ€™an Standar Indonesia, setelah ditelaah ulang dan dikaji oleh tim internal LPMQ dengan melibatkan ulama Al-Qurโ€™an dari dalam dan luar negeri, muncul kesepakatan untuk menyempurnakan penulisan 186 kata. Dalam beberapa tempat lainnya sudah sesuai dengan riwayat luar negeri yang diundang kompeten di bidangnya, yaitu Prof Dr Abdul Karim Mesir; Prof Dr Samih Athaminah Yordania; Prof Dr Miyan Tahanawi Pakistan; dan Dr Zain el-Abidin Mujamma' Malik Fahd Madinah. Baca Juga SumberLajnah Kemenag rhs 19Contoh Kaidah Sosial di Masyarakat Indonesia. Kaidah sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan tentang baik buruk perilaku manusia di tengah pergaulan hidupnya dan peraturan hidup yang mengatur tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial bermasyarakat, dengan menentukan seperangkat aturan yang sifatnya dapat berupa .
  • re373x3eyk.pages.dev/133
  • re373x3eyk.pages.dev/646
  • re373x3eyk.pages.dev/652
  • re373x3eyk.pages.dev/994
  • re373x3eyk.pages.dev/900
  • re373x3eyk.pages.dev/199
  • re373x3eyk.pages.dev/409
  • re373x3eyk.pages.dev/902
  • re373x3eyk.pages.dev/275
  • re373x3eyk.pages.dev/198
  • re373x3eyk.pages.dev/550
  • re373x3eyk.pages.dev/120
  • re373x3eyk.pages.dev/721
  • re373x3eyk.pages.dev/60
  • re373x3eyk.pages.dev/686
  • kaidah kaidah rasm utsmani dan contohnya